Posts

Kowa-kowo Dadi Wong Ilang (1) : Jalan Berputar di Sekitar Gambir

Sehari sebelum kembali ke Malang, aku bertanya kepada temanku. "Naik apa kalau mau ke Terminal Gambir dari hotel?" Temanku sudah dua tahun di Jakarta. Tapi, dia tidak mengetahui angkutan yang melintas di depan Hotel Gren Alia Prapatan. Maklum mobilitasnya biasa naik kendaraan pribadi. Dia mengatakan jarak antara hotel ke Terminal Gambir sangat dekat. Mungkin hanya sekitar 1,5 kilometer.

Belajar dari Perjalanan Hidup BJ Habibie (2)

BJ Habibie lulus dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1954. Habibie melanjutkan pendidikan di Universitas Teknologi Rhein Westfalen Aachen, Jerman. Habibie sempat bekerja di Messerschmitt-Bolkow-Blohm saat masih di Jerman. Dia baru kembali ke Indonesia pada 1973 saat permintaan Presiden RI saat itu, Soeharto. Habibie dipercaya menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi lima tahun kemudian.

Belajar dari Perjalanan Hidup BJ Habibie (1)

Aktivitas dua hari terakhir sangat melelahkan. Aku harus melakoni perjalanan dari Malang ke Jakarta, Kamis (29/8/2013). Aku tiba di Jakarta sekitar pukul 15.00 WIB. Aku tidak bisa langsung menuju hotel untuk istirahat. Aku harus mengantarkan temanku ke kantornya di MNC Tower dulu. Temanku ada urusan sebentar soal pekerjaannya. Setelah urusan temanku selesai, aku harus hadir di resepsi ulang tahun  ke-19  Aliansi Jurnalis Independen (AJI) di Gedung Usmar Ismail, Kuningan.

Pahlawan yang Mandul

KPU Jatim menyelenggarakan pemilihan gubernur (Pilgub) Jatim 2013 pada Kamis (29/8/2013). Seluruh waga Jawa Timur (Jatim) seharusnya menggunakan hak pilihnya. Agar warga menggunakan hak pilihnya, seluruh perusahaan harus meliburkan pegawainya. Sebagaimana diatur dalam pasal 86 ayat 3 UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah (Pemda). Pasal ini menyebutkan bahwa pemungutan suara Pemilukada dilaksanakan pada hari libur atau hari yang diliburkan.

Tulang Punggung yang Terlupakan

Sudah empat tahun ini temanku menjadi ofisial di sebuah klub Liga Super Indonesia (LSI) 2012/2013. Aku tidak menyebut nama klub atau nama temanku agar dia tidak risau. Aku khawatir menyebut nama akan mengancam masa depannya. Apalagi kalau dia membatalkan niatnya. Dia mencurahkan isi hatinya kepadaku kemarin soal klub besar itu. Klubnya memang besar dan memiliki suporter fanatik. Sekali menggelar laga home, klub bisa mendapat penghasilan sekitar Rp 1 miliar. Minimal pendapatan sekitar Rp 300 juta dikantongi di laga home.

Sekolah: Antara Kebutuhan dan Pragmatisme

“Aku ingin libur sehari saja. Aku bosan sekolah. Sekolahnya terlalu lama.” Pagi sekitar pukul 07.00 WIB. Seorang nenek duduk di hadapan cucunya yang masih berusia lima tahun. Tangannya sibuk mengenakan baju ke cucunya. Celana warna hijau, baju warna putih, dan peralatan sekolah tergeletak di lantai. Sang cucu berdiri di hadapannya sambil menahan tangis. Sesekali tangan sang cucu menyeka air mata yang mengalir di pipinya. Penasaran, aku mengintipnya dari lubang jendela rumahnya. Aku langsung bertanya kenapa menangis.

Rasa Trauma Itu Masih Ada

Melihat tautan foto di facebook seorang kawan di Bali. Di foto itu terpampang sekitar lima ribu orang ikut tabligh akbar yang digelar Majelis Taklim Riyadlul Jannah dan GP Ansor di Lapangan Renon, Denpasar, Sabtu (24/8/2013). Tidak ada masalah dengan penampilan foto itu. Justru caption foto yang sangat provokatif. Tanggapan dari posting itu pun beragam. Bahkan ada berkomentar sinis. Aku memahami rasa sentimen krama Bali kepada pendatang dari luar Bali. Pendatang dianggap pembawa masalah di Bali. Aku teringat pemerkosa pedofilia asal Lamongan bernama Suharto. Dia menyetubuhi belasan (aku lupa angka pastinya) penduduk Bali. Sebelum Suharto ditangkap Polda Bali, Suharto sempat membuat warga Bali tidak bisa tidur nyenyak. Sebelum itu, dua bom Bali menimbulkan rasa trauma paling dalam. Mayoritas warga Bali memandang pendatang asal Jawa secara sinis. Bahkan setiap setelah Lebaran, aparat penegak hukum pasti merazia Terminal Ubung. Tujuannya hanya satu: mencari pendatang yang tidak ber-KTP

Akhir Perjalanan Perantau

Paul Cumming adalah legenda hidup sepakbola Indonesia. Namanya seakan redup dari dunia yang pernah digelutinya.

Terima Kasih, Penjaga Kafe!!!

Setelah dari Stadion Gajayana, Jumat (23/8/2013) pagi, aku nongkrong di Caffe Net di sekitar Dinoyo. Di tempat inilah aku menghubungi narasumber dan mengetik berita. Kafe ini memang tempatku biasa nongkrong dan mengetik berita. Aku meninggalkan kafe sekitar pukul 14.00 WIB. Aku pindah nongkrong di sekitar Landungsari. Sebelum meninggalkan kafe, aku menyempatkan diri mengemas kabel laptop, dan aku masukan ke dalam tas.  Laptop pun langsung aku matikan .

Benarkah Semua Wakil Rakyat Bagus?

Aku sedang menunggu latihan Arema Cronous selesai di Stadion Gajayana, Jumat (23/8/2013) pagi. Beberapa pengurus Arema Cronous dan petugas kebersihan stadion duduk-duduk di luar lapangan. Entah siapa yang memulai membahas soal Pilgub Jatim. Seorang pengurus Arema Cronous berceletuk, "Semua wakil calon (Pilgub Jatim 2013) itu bagus. Saya akan mencoblos mereka semua nanti". Mendengar kalimat ini, aku teringat pemilihan legislatif (Pileg) 2009 di Bali. Seorang anggota DPRD Denpasar yang sedang mencalonkan kedua kalinya bercerita kepadaku.