Terima Kasih, Penjaga Kafe!!!
Aku meninggalkan kafe
sekitar pukul 14.00 WIB.
Aku pindah nongkrong
di sekitar Landungsari.
Sebelum meninggalkan kafe, aku menyempatkan diri mengemas
kabel laptop, dan aku masukan ke dalam tas.
Laptop pun langsung aku matikan.
Sambil menunggu laptop
benar-benar mati, aku membuka BlackBerry
(BB) untuk memastikan tidak ada email, BBM, SMS, atau sebagainya.
Sampai di kafe
di Landungsari, aku berniat melanjutkan mengetik tugas.
Aku mendapati tasku terbuka.
Tasnya langsung kuangkat, dan terasa lebih ringan daripada biasanya.
Tanganku merogoh
ke tempat penyimpanan laptop di bagian belakang.
Ternyata laptopku tidak ada.
Aku
baru menyadari ternyata tadi belum sempat memasukan laptop ke dalam tas.
Aku langsung
pamit sebentar ke temanku untuk kembali ke kafe di Dinoyo.
Aku berusaha tidak panik
selama perjalanan mengendarai motor menuju Dinoyo.
Aku khawatir sikap panik
hanya akan membuat aku celaka, di antaranya kecelakaan.
Beruntung aku sampai di
Dinoyo dengan selamat.
Pengunjung masih sama
dengan saat kutinggalkan sekitar 30 menit lalu.
Beberapa pengunjung sempat memandangi
kedatanganku.
Aku tidak melihat laptopku ada di meja.
Gelas dan asbak yang tadi
sempat kupakai pun sudah tidak ada di tempatnya.
Aku hanya berkeyakinan laptopku
diamankan oleh penjaga kafe.
Bel di kafe
langsung kupencet.
Ternyata bel-nya tidak bisa.
Beberapa kali kupanggil, penjaganya
tetap tidak keluar.
Aku menduga penjaganya sedang ada di rumah bagian belakang.
Hanya ibu pemilik kafe yang sempat menengok.
“Sebentar, mas. Orangnya masih di
belakang,” kata ibu pemilik kafe.
Untuk memastikan
keberadaan laptopku, aku menemui beberapa pengunjung.
Pengunjung itu mengatakan
bahwa laptopku diamankan penjaga kafe.
“Alhamdullilah,” seruku girang.
Tidak lama
kemudian penjaga kafe keluar dan menyerahkan laptopku.
Aku menyempatkan diri
mengucapkan terima kasih sebelum meninggalkan kafe.
Bagiku, laptop
adalah harta paling berharga.
Berita di NusaBali, Surabaya Post, dan Surya tersimpan
di laptop.
E-book, bacaan lain, dan catatan harianku pun pun tersimpan di
laptop.
Aku juga menyimpan lagu-lagu kesenanganku di laptop ini.
Seandainya
dokumen ini tidak tersimpan di laptop, aku tidak mempermasalahkan laptopnya
hilang.
Laptop masih bisa dibeli
dengan menabung beberapa bulan.
Sedangkan dokumen itu tidak dapat dibeli karena
tidak ada yang menjualnya.
Aku sangat
berterima kasih kepada penjaga kafe yang mau menyelamatkan harta berhargaku.
Aku
tidak tahu bagaimana cara membalas kebaikannya.
Aku tidak dapat membayangkan
bila laptop itu tidak diamankan penjaga kafe, tapi oleh orang lain.
Atau memang
diamankan penjaga kafe, tapi dikatakan telah diambil orang lain.
Aku pasti
lebih galau daripada remaja yang baru putus cinta atau penderita sakit gigi.
Harga kejujuran
sangat mahal.
Sulit menemukan orang jujur di jaman yang penuh hedonisme dan
pragmatisme.
Comments
Post a Comment