Wartawan Konyol

Cerita ini aku dapatkan saat sedang berkumpul dengan beberapa anggota Polsek Tumpang, 23 Oktober 2012.

Entah ini sebuah cerita sebenarnya atau hanya karangan seseorang yang ikut nimbrung dalam cangkrukan itu.

Aku tidak tahu siapa nama orang yang bercerita itu.

Tapi semua orang yang ikut nimbrung dalam jagongan siang itu mengenalnya.

Mungkin itu disebabkan karena aku jarang datang ke Polsek Tumpang.


Aku juga tidak mengetahui latar belakangnya.

Entah dia itu seorang wartawan atau aktivis LSM.

Bila dia seorang wartawan, aku menduga dia wartawan sebuah tabloit, majalah, atau sejenisnya yang jarang terbit.

Cerita ini becerita tentang seorang wartawan yang dikatakannya bernama Narman.

Sebagaimana wartawan yang bercerita, aku juga tidak menganal wartawan bernama Narman yang dimaksud.

Berdasar alur cerita yang disampaikan dalam obrolan itu, aku menduga Narman adalah wartawan tabloid, majalah, atau koran yang tidak jelas.

Perlu diketahui bahwa Narman adalah seorang wartawan yang tidak bisa membaca dan menulis.

Wartawan yang tidak bisa membaca dan menulis memang sebuah ironi.

Sebagai pekerjaan yang terikat dengan kode etik, membaca dan menulis seperti makanan harian wartawan.

Tapi kenyataannya, seperti cerita teman itu, Narman memang tidak bisa membaca dan menulis.

Pada suatu hari, Narman menunaikan salat di masjid bersama wartawan yang bercerita ini.

Aku menduga Narman sedang salat sunnah.


Saat sedang khusyuk salat, semua orang memandangi Narman dengan wajah penuh selidik.

Wartawan tersebut sangat tidak enak dengan cara pandang jamaah yang ada dalam masjid itu.

Karena sedang berada di samping Narman, wartawan itu awalnya merasa pandangan para jamaah ditujukan padanya.

Makanya dia langsung meneliti sekujur tubuhnya untuk menemukan kejanggalan.

Tangannya dilihat, dan tidak ada kejanggalan.

Baju pun dilihat-lihat dengan harapan bisa menemukan tulisan atau sesuatu yang membuat para jamaah memandanginya.

Lagi-lagi tidak menemukan keanehan.

Dia pun mengibaskan rambutnya.

Siapa tahu ada tahi burung atau sesuatu di rambutnya.

Ternyata para jamaah tetap memandang ke arahnya.

Saat Narman sujud, dia baru menemukan kejanggalan pada kalung ponsel yang dikenakan temannya.

Tidak mau mengganggu kekhusyukan salat temannya, dia tetap membiarkan Narman menyelesaikan salatnya.

“Kamu tahu apa ini?” kata wartawan itu kepada Narman yang baru saja mengakhiri salatnya.

Wartawan itu mengangkat tali ponsel yang dikenakan Narman layaknya kalung.


Dengan bangga Narman mengatakan bahwa tali ponsel itu sangat mahal.

Narman mengaku membelinya seharga Rp 15.000.

Harga ini memang terbilang sangat mahal, karena biasanya tali serupa hanya seharga Rp 5.000.

Sebelum Narman panjang lebar bercerita soal tali ponselnya, wartawan itu memotongnya.

Dia langsung mengatakan, “Maksudku tulisannya, bukan harga talinya.”

Ternyata di tali ponsel itu terdapat tulisan ‘I LOVE U Yesus’.

Kontan kami semua tertawa mendengar cerita wartawan itu.

Comments