Penghancuran Bait Allah, 4 Agustus 70

Nero Claudius Caesar Augustus Germanicus (37-68) menjadi penguasa kejam selama memimpin Romawi.

Pejabat yang membenci Kaum Yahudi dan mencintai harta berada di sekeliling Nero.

Gubernur Yudea, Gessius Florus yang memerintah mulai 64-66, misalnya.

Ketika pemasukan pajak menurun, Florus sering merampas benda-benda di Bait Allah.

Florus juga sering bertindak kejam kepada Kaum Yahudi.

Nero bunuh diri pada tahun 68.

Kematian Nero membangkitkan pemberontakan di beberapa daerah.

Kaum Yahudi pun memberontak agar bisa memiliki daerah sendiri.

Petinggi Bait Allah Yarussalem secara terang-terangan minta Kaum Yahudi ikut dalam pemberontakan ini.

Yarussalem berubah mencekam.

Kaum Yahudi mengusir dan membunuh pasukan Romawi di kota.

Pemberontakan ini menyebar ke Galilea, Transyordania, dan Idumea.

Vespasianus (9-79) menjadi penerus tahta Romawi yang ditinggalkan Nero.

Tugas utama Vespasianus adalah meredam pemberontakan di beberapa daerah.

Vespasianus mempercayakan tugas ini kepada anaknya, Titus Flavius (39-81).

Titus mengerahkan seluruh peralatan tempur milik Romawi untuk meredam pemberontakan Kaum Yahudi.

Mulai dari mesin pelontar batu, balok pendobrak, dan sebagainya.

Titus membawa sekitar 60.000 tentara untuk menghadapi Kaum Yahudi.

Lamanya peperangan membuat Kaum Yahudi dilanda kelaparan.

Prajurit Romawi langsung bertindak brutal setelah memasuki Yudea.

Prajurit menjarah pemukiman penduduk, membunuh pria Yahudi, dan menyiksa kaum wanita.

Pasukan Romawi tidak kesulitan menguasai Yudea.

Tapi Bait Allah atau Kuil Sulaiman (Solomon Temple) masih berfungsi sebagaimana biasa.

Empat bulan sebelum peperangan, petinggi Bait Allah memanfaatkan Passover (Paskah Yahudi) untuk merekrut pejuang.

21.000 orang bersedia berperang melawan Romawi.

21.000 it adalah para peziarah dan pengungsi perang di sekeliling Bait Allah.

Titus menyiapkan taktik untuk menembus benteng terakhir para pemberontak di Bait Allah.

Saat itu tepat hari kedelapan Bulan Ab (bulan kelima kalender Yahudi) atau 4 Agustus 70.

Titus memerintahkan pembakaran gerbang Bait Allah.

Sepuhan perak meleleh hanya dalam waktu singkat.

Api menyambar daun pintu dan jendela, dan menyebar ke peralatan kayu lainnya.

Api terus merembet ke pusat Bait Allah.

Kaum Yahudi yang menyaksikan jilatan api ini segera berlarian.

Sebagaian berusaha memadamkan api.

Upaya menjinakan api tidak membuahkan hasil.

Kaum Yahudi hanya bisa berdiri sambil menyaksikan api menghanguskan perabotan di Bait Allah.

Para pemberontak tak berdaya.

Prajurit Romawi segera merangsek masuk dan menjarah barang berharga.

Sebenarnya Titus terlalu tidak bernafsu membunuh para pemberontak diBait Allah.

Tapi para prajurit sulit dikendalikan.

Para prajurit ini langsung membunuh ribuan warga sipil dan pemberontak di pelataran tengah.

Darah warga dan pemberontak membanjiri pelataran tengah Bait Allah.

Diperkirakan 10.000 orang Yahudi tewas dalam pembantaian ini.

Seluruh bangunan Bait Allah rata dengan tanah.

Hanya sebuah tembok yang tersisa dan bertahan sampai sekarang.

Kaum Yahudi modern menganggap tembok ini sebagai benda paling suci.

Kaum Yahudi beribadah dengan cara meratap di tembok ini.

Dalam perkembangannya, tembok ini disebut Tembok Ratapan (Wailing Wall).

Comments