Martin Luther Tulis 95 Dalil Sebagai Bantahan Penjualan Surat I ndulgensia, 31 Oktober 1517

Leo X (1475-1521) memiliki ambisi besar saat menjadi Paus.

Basilika Santa Petrus akan disulap menjadi lebih megah.

Kapel  langit-langit  akan dipenuhi benda-benda artistik mahal.

Untuk mewujudkan ambisi ini, Paus mengundang pencipta asal Italia, Michaelangelo Buonarroti (1475-1564).

Paus jelas butuh dana sangat banyak untuk menghias Basilika Santa Petrus.

Kas gereja pun terkuras.

Sayangnya kas gereja masih belum bisa untuk menemukan kebutuhan perbaikan Basilika Santa Petrus.


Paus pun berpikir keras untuk mencari sumber dana baru.

Akhirnya dia menemui temannya, Uskup Albert von Brandenburg (1490-1545).

Saat itu Albert sedang menduduki dua keuskupan yaitu Uskup Agung Mainz dan Uskup Agung Magdeburg.

Awalnya Albert meminjam akan memberi uang sebesar 10.000 Ducats (mata uang Venesia).

Meskipun hartanya berlimpah, Albert tidak bisa memenuhi janjinya.

Hartanya dalam bentuk tanah yang tidak bisa diubah menjadi uang dalam waktu dekat.

Di tengah kondisi terjepit ini, Albert menemui biarawan Johann Tetzel (1465-1519).

Tiga orang ini berinisiatif menjual surat indulgensi kepada masyarakat untuk menebus dan menghapus dosa.

Sebenarnya indulgensia pada masa Paus Leo X bukan yang pertama kali.


Awalnya surat indulgensi dibuat untuk memotivasi masyarakat ikut dalam Perang Salib.

Tapi di zaman Paus Leo X, surat indulgensia untuk memotivasi masyarakat agar ikut perang.

Meskipun sama-sama untuk menghapus dosa, surat indulgensi yang dikeluarkan Paus Leo X untuk menutupi kekurangan Basilika Santa Petrus.

Tetzel pun keliling Jerman untuk menjual surat indulgensia.

Kalimat terkenal yang dikeluarkan Tetzel adalah, "Saat uang logam bergerincing masuk kotak uang, maka jiwa dari api penyucian akan terbebaskan".

Tetzel memang berhasil mendapat uang dari menjual surat indulgensia.

Banyak umat yang ingin mendapat surat indulgensi karena merasa dosanya sudah sangat banyak.

Penjualan surat indulgensia ini mendapat reaksi dari pastur bernama Martin Luther (1483-1546).

Bentuk protesnya dalam 95 dalil yang ditempel di pintu Gereja Kastil pada 31 Oktober 1517.

Tapi, ada yang mengatakan bahwa Luther tidak memaku 95 dalilnya.

Luther mengirimkan dalil-dalil ini ke Uskup Albert, Paus, dan di beberapa universitas.

Bagi Luther, penjualan surat indulgensia adalah penyimpangan.

Sayangnya para uskup dan Paus tidak merespon 95 dalil yang disampaikan Luther.

Bahkan Paus mengatakan, "Seorang Jerman mabuk yang menulis dalil-dalil itu. Bila sudah sadar, dia akan berubah pikiran".

Menyikapi reaksi Paus ini, Luther menyebarkan salinan 95 dalilnya secara mandiri.

Dalam waktu singkat, 95 dalil ini sudah menyebar ke seluruh Jerman.

Untuk memberi bantahan terhadap dalil Luther, Paus Leo X mengeluarkan bulla kepausan berjudul Exsurge Domine.

Dalam bulla kepausan ini, Paus Leo X minta Luther membatasi 41 dalil yang dianggap menyimpang.

Luther diberi waktu selama 60 hari.

Saat batas waktu berakhir, Luther membakar salinan bula dan beberapa hukum Kanon Gereja didekat Gerbang Gereja Elster.

Menyikapi sikap Luther ini, Paus Leo X mengeluarkan bulla Decet Rumanum Pontificem.


Keluarnya bulla ini  sekaligus sebagai hukuman bagi Luther.

Luther dihukum ekskomunikasi atau pengucilan dari komunitas gereja.

Sampai sekarang ekskomunikasi untuk Luther masih berlaku.

Pada abad 20, muncul wacana untuk menghapus ekskomunikasi.

Tapi, Vatikan menganggap penghapusan ekskomunikasi hanya untuk orang yang hidup.

Comments