Tentang Ayam Kampus
Setiap mahasiswa
pasti mengenal, pernah mendengar, atau mengetahui soal ayam kampus.
Isitilah diperuntukan
mahasiswi yang tidak hanya mencari ilmu di bangku kuliah.
Mahasiswi ini juga
mencari penghasilan dengan menjajakan dirinya.
Sudah banyak
penelitian yang mengungkap soal ayam kampus.
Sudah banyak penelitian di kota
yang banyak kampusnya seperti Makasar, Jogjakarta, Jakarta, Surabaya, dan
sebagainya.
Baca juga : Subsidi yang Selalu Gagal
Hasil penelitian selalu membuat heboh.
Ada yang menganggap penelitian
itu bukan cermin realitas.
Ada pula yang menganggap hasil penelitian sebagai bagian dari fakta.
Tapi ada juga yang acuh dengan hasil penelitian.
Aku
pun pernah mendengar soal ayam kampus.
Tapi sampai sekarang aku belum pernah
bertemu dengan mahasiswi yang merangkap profesi.
Beberapa
hari lalu aku berkenalan dengan seorang mahasiswi di sebuah kampus swasta di Malang.
Aku belum pernah bertemu dengannya.
Komunikasi yang terjalin hanya via BlackBerry Messenger (BBM).
Dia sempat
mengaku bapaknya bekerja di sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan dinas di
Kota Malang.
Dia sudah dua tahun ini domisili di Malang.
Beberapa kali dia
memasang foto profilnya berjilbab.
Kadang fotonya bersama temannya saat di kampus.
Kadang sendirian.
Tapi, dia sering memasang foto profil vulgar.
Belahan dadanya
kelihatan.
Beberapa orang menganggap foto seperti tidak vulgar.
Baca juga : Terasa Asing dengan Budaya Sendiri
Tapi menurutku,
foto seperti ini sudah sangat vulgar.
Apalagi foto profil bisa dilihat oleh
semua kontak di BlackBerry (BB)-nya.
Belakangan dia
mengakui kalau biasa menerima panggilan.
Saat aku membuat tulisan ini, dia
sedang ada di Bali.
Aku tidak tahu apa tujuannya ke Bali.
Katanya dia bermain
bersama teman-temannya.
Di sela bermain dengan temannya, dia meladeni beberapa
orang yang diakui sebagai pacarnya.
Aku pun tidak tahu dia menerima imbalan
atau tidak dari para pacarnya itu.
Peneliti Balai
Pelestarian Nilai Budaya Makassar, Joni Lisungan pernah mengungkap hasil
penelitiannya pada 2005 lalu.
Sesuai hasil penelitiannya, tidak semua ayam kampus
mengejar materi.
Ada pula ayam kampus yang mencari kepuasan biologis.
Para ayam
kampus ini tidak ada yang menjual keperawanan.
Rata-rata para ayam kampus sering
berhubungan badan dengan pacarnya.
Setelah putus, mereka tidak mampu mengendalikan
kebutuhan biologisnya.
Dengan menjadi ayam kampus, mereka bisa mendapat materi
dan kebutuhan biologisnya terlampiaskan.
Aku tidak bisa menuliskan
banyak tentang ayam kampus.
Pada satu sisi, menjadi ayam kampus adalah hak
setiap mahasiswi.
Di sisi lain, menjadi ayam kampus akan mencoreng instansi
tempat kuliahnya.
Bahkan keluarganya pun bakal tercoreng bila identitasnya
terkuak.
Baca juga : Poster Protes atas Pelanggaran (Terulang)
Apapun motifnya,
itu adalah pilihan.
Aku menghargai apapun aktivitas orang yang kukenal.
Aku mau
berteman dengan siapa saja.
Bahkan aku ingin berteman dengan orang yang
diasingkan oleh komunitas.
Apapun yang dilakukannya, mereka masih berhak dihargai
sebagai manusia.
Info yg menarik. Tapi ada yg jadi tanda tanya saya selama ini. Kenapa ayam kampus selalu minta DP sebelum berjumpa di hotel. Apakah setelah bertemu dengan pria yg membokingnya di hotel sisanya dibayar? Sedangkan kita tau sendiri kalau DP artinya kredit, apa setelah DP dibayar, sisanya boleh di cicil? Kalau di cicil, bagaimana service ayam kampus ini di hotel jika boleh dicicil? Mudahan-mudahan ada yg bisa jawab. Thanks
ReplyDelete