Abd Aziz Proklamasi Berdirinya Kerajaan Saudi Arabiyah, 23 September 1932

Muhammad ibn Saud sudah mendirikan pemerintahan sejak abad 18 terpusat di Diriyah, pinggiran Kota Riyadh modern.

Kekuasaannya hampir meliputi seluruh wilayah Jazirah Arab.

Awalnya wilayah ini berada di bawah kekuasaan Kerajaan Turki Utsmani.

Raja Abd Aziz ibn Abdurahman Al Saud kemudian memproklamirkan berdirinya kerajaan di bawah pimpinannya pada 23 September 1932.

Saudi Arabiyah menganut faham Wahabisme sampai sekarang.

Akar kedekatan keluarga Saud dengan Wahabisme terlacak bermula pada 1744.

Pada tahun itu Muhammad ibn Wahab (pendiri Wahabisme) datang ke Dar’iyah untuk minta suaka politik kepada Muhammad Ibn Saud.

Ibn Saud pun bersedia memberikan suaka politik.

Pemberian suaka politik ini bernilai mutualis simbiosis.

Ibn Wahab butuh dukungan politik untuk mengembangkan dan menyebarkan fahamnya.

Sedangkan Ibn Saud butuh dukungan religius untuk menopang kekuasaannya.

Apalagi saat itu Ibn Saud butuh dukungan masyarakat untuk melawan kekuasaan Kerajaan Turki Utsmani.

Berdirinya Kerajaan Saudi Arabiyah berkaitan erat dengan Iggris.

Inggris memberikan bantuan kepada Abd Aziz saat menaklukan Riyad pada 1920.

Kedekatan antara keluarga Saud dengan Inggris semakin erat pada 1927.

Pada tahun itu kedua negara membuat perjanjian di Jedah.

Isi perjanjian mempertegas pengakuan Inggris atas ‘kemerdekaan lengkap dan mutlak’ kepada Ibnu Sa‘ud, hubungan non-agresi dan bersahabat, pengakuan Ibnu Sa‘ud atas kedudukan Inggris di Bahrain dan di keemiran Teluk, serta kerja sama dalam menghentikan perdagangan budak.

Berdirinya Kerajaan Saudi Arabiyah juga berkaitan dengan Yahudi.

Sebagaimana yang diungkap DR Walid Saed al-Bayati dalam bukunya berjudul ‘Arab Saudi dan Israel Penjahat Terbesar Sejarah Modern’, kedekatan dengan Inggris termasuk di antara yang mempersamakan antara Saudi Arabiyah dengan Israel.

Ada empat alasan lain yang mempersamakan keduanya.

Pertama, sektarianesme agama dan madzhab.

Berdirinya Saudi Arabiyah atas dasar sektarian ajaran Muhammad bin Abdul Wahab.

Wahabisme ini mudah mengkafirkan orang lain yang memiliki pendapat berbeda dengan pemikiran Ibn Wahab.

Mereka pun menghalalkan darah umat Islam yang memiliki pendapat berbeda dengan Ibn Wahab.

Kedua, ekspansi daerah kekuasaan.

Keluarga Ibn Saud yang didukung faham Wahabi Salafi menduduki tanah Jazirah Arab dan memerangi suku-suku Arab dengan memanfaatkan kekuatan militer Inggris.

Ketiga, penyimpangan ajaran dari kitab suci.

Keluarga Saud memang tidak mengubah nash-nash kitab suci.

Tapi, mereka memutarbalikkan arti dan menafsirkannya berdasar kepentingan.

Keempat, penghancuran situs agama.

Sejarah kerajaan Saudi Arabiyah tak lepas dari penghancuran terhadap situs agama.

Kakbah dan Masjidil Haram pun tak lepas dari renovasi sehingga mengubah bentuk aslinya.

Begitu pula rumah kelahiran Nabi Muhammad SAW, rumah Sayyidah Khadijah, tempat kelahiran Sayyidah Fathimah Az-Zahra, dan sebagainya.

Comments