Berdiam Diri Sambil Merenung
Aku
pernah ditugaskan di lereng Gunung Tumpang Pitu, Desa Pasanggaran, Kecamatan
Pasanggaran, Kabupaten Banyuwangi pada akhir 2010.
Aku mendapat tugas menguak sisi
lain penambahan emas liar di areal Perhutani tersebut.
Sebenarnya aku diberi
waktu seminggu oleh perusahaan.
Baca juga: Tak Beragama Itu Selera
Tapi aku sudah pulang setelah menginap tiga
hari di hutan dan perkampungan sekitar.
Semua data sudah di tangan. Sekarang aku hanya perlu
menulis laporannya.
Aku
lebih banyak sendirian berada di tengah hutan. Tidak ada seorang pun yang aku kenal.
Penambang liar dari berbagai daerah, seperti Jombang, Mojokerto, bahkan ada
yang dari Bandung dan Kalimantan.
Beberapa penduduk sekitar juga ada yang
berusaha mencari emas dari pegunungan Tumpang Pitu.
Perbincangan dengan orang
yang aku temui hanya sekedar basa-basi.
Seperti pertanyaan ‘dari mana’, ‘mau menambang’,
‘mau survei’, dan sebagainya.
Memang
tidak setiap hari aku berada di tengah hutan. Aku hanya sehari masuk kedalam hutan.
Sisanya aku manfaatkan bercengkrama dengan penduduk sekitar. Data dari penduduk
sekitar sangat dibutuhkan.
Terutama penduduk yang pernah sukses meraup emas
dari penambangan liar tersebut.
Meski
merasakan hidup di tengah perkampungan, suasanya tidak berbeda dengan hidup di
tengah hutan.
Penduduk sudah masuk ke dalam rumah mulai pukul 18.00 WIB.
Beberapa
orang yang keluar rumah hanya untuk memenuhi kebutuhan mendesaknya.
Baca juga: Agama Instan
Suasana
hidup di desa pun sangat sepi. Jarak antar rumah bisa mencapai 200 meter.
Lampu penerang
jalan hanya ada di depan rumah penduduk.
Praktis antara rumah satu dengan rumah lain
hanya dipenuhi kegelapan.
Apalagi jalannya juga kurang bersahabat.
Penduduk yang
setiap hari melalui jalan itu pasti sudah tahu jalan yang layak dilewati.
Aku
kadang butuh hidup menyendiri. Tidak butuh orang lain ada di sekelilingku.
Ini hanya
sesekali saja. Sebagai manusia normal, aku butuh orang lain.
Aku butuh pengakuan atas eksistensiku. Aku butuh mendengarkan suara orang lain.
Dengan
berada di tempat sunyi seorang diri, aku bisa menjadi diriku sendiri.
Aku tidak
perlu memikirkan beban-beban yang selama ini harus kupikul.
Aku bisa merenungkan
apa yang sudah kukerjakan maupun akan kukerjakan.
Bahkan dengan menyendiri ini
bisa menemukan solusi masalah pelik yang sedang dihadapi.
Menyendiri
tidak perlu datang ke gunung atau pantai. Berdiam diri bisa dilakukan di rumah.
Bahkan ketika sanak famili datang ke rumah, kita bisa menyepi sendiri. Cukup masuk
ke kamar, kita sudah bisa menyendiri.
Menyendiri
sangat penting bagi manusia. Agama-agama tradisional pun mengajarkan menyendiri
untuk instropeksi diri.
Nabi Musa dan Nabi Muhammad pernah menyepi dari keramaian
umatnya.
Budha pun sedang melakukan meditasi saat menerima pencerahan.
Di jaman
modern, umat Hindu masih melakukan penyepian secara massal pada awal pergantian
tahun.
Baca juga: Beragam Wajah Tuhan
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, suara hati
nurani jarang didengar.
Banyaknya masukan dari orang lain malah membuat suara hati
semakin tumpul.
Kita harus bisa menumbuhkan suara hati nurani.
Comments
Post a Comment