Bermain-main dengan Imigrasi

13 Warga Negara Asing (WNA) asal Cina harus berurusan dengan petugas imigrasi.

Mereka ditangkap di sebuah mal.

Mereka tidak bisa menunjukan paspor atau dokumen keimigrasian lainnya saat petugas memintanya.

Akhirnya mereka digelendang ke kantor imigrasi untuk menjalani pemeriksaan.

Bonus besar mereka bisa bebas.

Hari ini mereka bisa menunjukan paspor dan dokumen keimigrasiannya.

Saat digerebek petugas imigrasi kemarin, mereka sengaja meninggalkan paspor dan dokumen keimigrasiannya di penginapan.

Mereka khawatir dokumen keimigrasian itu hilang selama berwisata.

Sudah sering imigran harus diperiksa oleh petugas imigrasi.

Bila konflik melanda Timur Tengah atau Asia Tengah, pasti banyak imigran yang melintas di Indonesia.

Para imigran ingin hijrah ke Australia.

Karena masuk Indonesia tanpa dokumen lengkap, mereka harus diperiksa dengan petugas imigrasi.

Mereka terpaksa kembali ke negara asalnya.

Setiap negara memiliki kebijakan sendiri tentang pengunjung asal mancanegara.

Biasanya semua negara membuka lebar-lebar kunjungan tamu mancanegara.

Jumlah kunjungan wisatawan asing menjadi parameter keberhasilan suatu negara.

Setiap negara berlomba-lomba menarik perhatian wisatawan asing.

Tapi tidak semua wisatawan asing bisa masuk ke setiap negara.

Wisatawan asing dari negara yang terserang pandemi atau penyakit endemik akan mendapat perlakuan khusus.

Ada negara yang menutup diri terhadap wisatawan asing dari negara pandemi atau endemi.

Ada pula negara yang tetap memperbolehkan.

Tapi wisatawan asing itu harus menjalani berbagai prosedur.

Di sisi lain, kadang-kadang membatasi jumlah kunjungan asing.

Arab Saudi pada musim haji, misalnya.

Hanya tamu bervisa haji yang bisa masuk ke Arab Saudi pada musim haji.

Wisatawan tidak boleh masuk.

Petugas imigrasi pun akan memulangkan warga bervisa wisata.

Seorang teman pernah berurusan dengan petugas imigrasi pada musim haji.

Dia memang ingin berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji.

Tapi dia tidak termasuk dalam kuota yang telah ditetapkan pemerintah.

Dia memilih berangkat melalui haji swasta alias haji backpacker.

Saat akan naik ke pesawat menuju Makkah, dia harus menghubungi petugas imigrasi.

Dia menggunakan visa bekerja.

Ternyata ada beberapa haji backpacker lainnya.

Semuanya mengantongi visa kerja.

Logikanya, haji backpacker ini akan dikembalikan ke daerah masing-masing.

Ternyata mereka semua berhasil berangkat ke Makkah.

Pastinya mereka harus membayar biaya ilegal.

Mendengar kisah ini, saya mengetahui negatif terhadap kinerja petugas imigrasi.

Bila ada imigran yang ditangkap kemudian dilepas, belum tentu dokumen keimigrasiannya sudah lengkap.

Bisa saja membayar petugas imigrasi untuk mempersingkat urusan.

Jaminan pembayaran biaya ilegal ini disertai dengan kesepakatan.

Petugas imigrasi pasti minta imigran itu segera mengurus dokumen keimigrasiannya.

Hal serupa terjadi ketika polisi mengancam mengeluarkan surat tilang bagi pelanggar lalu lintas.

Pengendara yang melanggar itu akan mendapat nasehat dari polisi.

Bahasa mudahnya, polisi minta pengendara itu tidak mengulangi perbuatannya atau melengkapi peralatan kendaraannya.

Memang susah mencari petugas bersih.

Bisa saja masih ada petugas yang menegakan aturan.

Tapi petugas baik ini harus selalu menata mental agar tidak terpengaruh dengan lingkungannya.

Comments