Pohon Bernama Pejabat

Sebuah cerita dari Arab Saudi. Aku tidak tahu kebenarannya karena aku belum pernah ke Arab Saudi.

Pohon beringin putih diberi nama Pohon Soekarno.

Pohon tersebut sumbangan dari Presiden Indonesia, Soekarno.

Sampai sekarang pohon beringin putih masih disebut dengan nama pemberinya.


Feomena pohon bernama pejabat tidak hanya ada di Arab Saudi.

Di Indonesia sudah marak menamakan pohon sesuai nama pejabat.

Biasanya penamaan pohon terkait seremonial yang pernah digelar sebelumnya.

Entah saat pencalonan menjadi kepala daerah atau seremonial ketika menjadi kepala daerah.

Tadi siang aku mengajak keluargaku bermain di Taman Trunojoyo.

Ada tujuh pohon yang memiliki tinggi sekitar 30 centimeter.

Di samping pohon itu terdapat papan. Hanya terdapat dua papan yang lengkap dengan nama pejabatnya.

Sedangkan nama di lima papan lainnya sudah mengelupas dan hilang.

Aku dulu pernah ikut acara tanam pohon sebagaimana di Taman Trunojoyo tersebut.

Saat itu aku masih di Bali, dan ikut acara kampanye calon kepala daerah.

"Ini adalah komitmen saya menciptakan penghijauan di Bali. Saya siap merawat pohon ini sampai besar,” kata seorang calon kepala daerah.


Politisi itu memang berhasil menang dalam pertarungan pemilihan kepala daerah (pilkada).

Beberapa waktu setelah pilkada berakhir, aku sempat datang ke lokasi penanaman tersebut kedua kalinya.

Ternyata pohonnya sudah tidak ada.

Hanya ada gundukan kecil di bekas penanaman tersebut.

Tidak ada sisa-sisa akar, dahan, atau ranting.

Aku tidak tahu sudah berapa lama pohon tersebut tercerabut dari tempatnya.

Aku yakin fenomena seperti tidak hanya terjadi di satu atau dua daerah.

Hampir semua daerah pasti ada fenomena seperti ini.

Kepala daerah dan pejabat vertikal lainnya pasti sering menanam pohon secara simbolik.

Pejabat itu hanya sekali menanam pohon.

Ratusan atau ribuan pohon lainnya akan ditanam oleh tukang pertamanan lainnya.

Komitmen kepala daerah menanam pohon hanya sebatas seremonial belaka.

Mereka beralasan tidak memiliki waktu untuk merawat pohon yang telah ditanamnya.

Di beberapa daerah, pohon hasil seremonial tersebut masih terawat.

Tentunya bukan kepala daerah sendiri yang merawatnya.

Lagi-lagi bagian pertamanan yang merawatnya.

Merawat pohon tidak hanya menyiram dan memberinya pupuk.

Merawat juga butuh komitmen.

OK-lah para pejabat itu tidak memiliki waktu untuk menyiram atau memberi pupuk.

Minimal mereka menjenguk sejenak untuk mengetahui kondisi pohon yang telah ditanamnya.

Tapi aku tidak yakin mereka bersedia datang menjenguk.

Selama bergelut dengan dunia pemerintahan, aku memang sering melihat para pejabat datang ke tempat penanaman pohon.


Tapi kedatangan mereka bukan untuk menjenguk pohon yang pernah ditanamnya.

Mereka datang karena ada acara seremonial lainnya.

Bila tidak ada seremonial, mereka lebih senang berada di dalam ruang ber-AC-nya.

Comments