Perjalanan Menuju Puncak Ultah Arema Cronus (5-Habis)

Aku berpikir kemacetan di pintu masuk Pantai Balekambang baru terurai pada Selasa (12/8/2014) pagi.

Sesuai jadwal panitia, acara puncak perayaan ulang tahun Arema Cronus baru berakhir pukul 05.00 WIB.

Jadi tidak mungkin ada Aremania yang datang lagi.

Meskipun ada kemacetan di pintu masuk, kemungkinan hanya Aremania yang ingin pulang.

Kemacetannya bisa cepat terurai daripada benturan antara Aremania yang datang dengan yang pulang.

Ternyata prediksiku salah.

Pukul 00.30 WIB, aku mendapat kabar bila tidak ada kemacetan lagi di pintu masuk.

Temanku langsung mengajak aku pulang.

Aku pun mengiyakan.

Tidak masalah pulang dini hari.

Padahal awalnya aku berniat pulang pada pagi hari.

Aku ingin memotret suasana pantai sebelum pulang.

Tapi niat ini kubatalkan karena aku juga memikirkan keluargaku di rumah.

Kami meninggalkan Pantai Balekambang sekitar pukul 01.00 WIB.

Lagi-lagi aku yang harus menyetir motor.

Temanku beralasan sedang mengantuk.

Dia berjanji mau menggantikan posisiku setelah sampai di Kota Malang.

Aku juga mengantuk.

Tapi kulihat matanya lebih mengantuk daripada aku.

Daripada ada apa-apa di perjalanan, lebih aku yang menyetir.

Suasana selama perjalanan pulang sangat lenggang.

Hanya ada beberapa Aremania yang pulang bersamaku.

Aku memilih berada di belakang rombongan ini.

Aku tidak memahami medan.

Bila pulang sendiri, aku khawatir terperosok di jurang.

Selain itu, hawa di Malang sisi selatan sangat dingin.

Naik motor dengan kecepatan rendah lebih nyaman daripada melaju dengan kecepatan tinggi.

Aku baru berani menambah kecepatan motor setelah sampai di Kecamatan Pagelaran.

Medan jalan di Kecamatan Pagelaran jarang tikungan atau tanjangan tajam.

Jadi aku tidak khawatir akan terperosok di jurang.

Apalagi sepanjang perjalanan sudah banyak lampu penerang jalan (LPJ).

Aku tidak lagi mengandalkan cahaya dari motor.

Hawa dingin semakin menusuk tulang.

Beberapa kali tangan dan badanku terasa menggigil.

Aku menawarkan mampir di warung kopi, dan dijawab "Iya" oleh temanku.

Aku tidak tahu di daerah mana ada warung kopi yang masih buka pada dini hari.

Tapi aku yakin ada warung kopi di sekitar Pasar Gondanglegi yang buka.

Sesuai dugaanku, ada warung kopi yang buka di sekitar Pasar Gondanglegi.

Tapi kami harus mencari warung kopi di kiri jalan.

Kami baru menemukan warung kopi kiri jalan sekitar 500 meter dari Pasar Gondanglegi.

Tidak banyak yang kami bicarakan selama berada di warung kopi.

Kami sama-sama melawan rasa kantuk.

Temanku juga menahan sakit di perutnya.

Dia menduga rasa sakit ini akibat makan mie di Pantai Balekambang.

Dia lebih banyak merebahkan diri selama berada di warung.

Aku berusaha menghibur diri dengan bermain game di ponsel.

Akibat rasa kantuk, aku tidak bisa menikmati permainan game.

Kami melanjutkan perjalanan pukul 02.30 WIB.

Jalanan lenggang sehingga aku bisa melaju dengan kecepatan tinggi.

Perjalanan Gondanglegi ke Kota Malang hanya kutempuh dalam waktu 30 menit.

Aku mengabaikan hawa dingin dan rasa lelah.

Dalam benakku, aku harus secepatnya sampai Kota Malang dan pulang ke rumahku.

Kami sampai di kantor Arema Cronus pukul 03.00 WIB.

Aku istirahat sejenak untuk mengurangi dingin yang menempel di tubuhku.

Setelah badanku terasa sedikit hangat, aku pulang ke rumah.

Kulihat jam di rumah menunjukan pukul 04.00 WIB saat keluargaku membukakan pintu untukku.

Aku berniat langsung tidur. Tapi mata sulit terpejam.

Comments