Perjalanan Menuju Puncak Ultah Arema Cronus (3)
Setelah membayar kopi susu kepada pemilik warung, kami
melanjutkan perjalanan.
Aku kembali yang nyetir
motor.
Awalnya perjalanan lancar. Tidak ada konvoi Aremania.
Tapi baru sekitar
dua kilometer perjalanan, kami kembali bertemu dengan konvoi Aremania.
Lagi-lagi
aku harus berusaha menerobos konvoi Aremania.
Tiba-tiba perjalanan konvoi Aremania melambat.
Aku tidak
bisa melihat ujung depan konvoi sehingga tidak mengetahui penyebab kemacetan.
Apalagi
jalanan dipenuhi tikungan tajam dan tanjakan.
Aku baru mengetahui penyababnya
setelah sampai di sumber kemacetan.
Sebuah mobil pikap yang mengangkut sound system mogok tepat di tanjakan.
Mobil ini awalnya yang berada bagian depan konvoi
alias memimpin konvoi.
Tapi tidak ada satu pun peserta konvoi yang membantu pikap tersebut.
Hanya peserta konvoi
yang naik pikap tersebut yang turun.
Sopirnya pun turun sambil
menyaksikan bagian belakang mobilnya yang berasap.
Aku pun memilih melanjutkan perjalanan daripada harus berhenti
menyaksikan pikap mogok tersebut.
Apalagi perjalanan menuju Pantai
Balekambang masih jauh.
Di sisi lain, aku pun harus bisa keluar dari konvoi
agar bisa lebih cepat sampai tujuan.
Sebelum berhasil keluar dari konvoi, iring-iringan
motor Aremania yang ada di depanku kembali melambat.
Tiga sampai empat orang mengenakan
kostum Aremania berhenti di tengah jalan.
Mereka membawa kaleng bekas dan kardus
air mineral.
Mereka minta sumbangan kepada pengguna jalan.
Awalnya aku menduga ada orang meninggal.
Biasanya meminta
sumbangan di tengah jalan seperti ini untuk keluarga yang sedang berduka.
Tapi prediksiku
salah.
Temanku sempat bertanya kepada peminta sumbangan itu.
Seorang peminta
sumbangan menjawab bahwa ada Aremania yang sedang kecelakaan.
Sekarang korban
sedang mendapat perawatan di rumah warga yang tidak jauh dari lokasi.
Ah…. Perjalanan semakin melambat.
Ternyata konvoi
Aremania yang ingin kuterobos sangat panjang.
Tiba-tiba rombongan di depanku berhenti.
Aku mengira ada mobil mogok atau Aremania yang kecelakaan lagi.
Ternyata berhentinya
Aremania ini bukan karena ada mobil mogok atau Aremania kecelakaan.
Konvoi harus
berhenti karena pintu masuk menuju Pantai Balekambang memang macet.
Sejumlah Aremania berusaha menghibur diri untuk
menghilangkan kejenuhan.
Ada yang berusaha bernyanyi yel-yel sebagaimana yang
biasa dinyanyikan di stadion.
Ada pula yang memilih mendengarkan lagi dari ponselnya.
Mayoritas Aremania memilih berbincang dengan sesama Aremania.
Kemacetan ini sangat panjang.
Aku memperkirakan panjangnya
lima kilometer lebih.
Kulihat jam di ponselku menujukan pukul 16.00 WIB.
Berarti
kurang sejam 30 menit acara tabur tepung akan dimulai.
Aku berpikir kira-kira bisa
ikut tabur tepung atau tidak.
Aku pesimis bisa ikut tabur tepung.
Apalagi kemacetan
ini tidak berjalan sama sekali.
Aku baru bisa berjalan setiap 5-10 menit.
Itu pun
hanya satu atau dua langkah.
Agar tidak kehilangan moment bersejarah itu, aku minta
temanku berjalan kaki menuju Pantai Balekambang.
Jadi dia bisa mendapat moment tabur
tepung.
Sedangkan aku berusaha masuk ke Pantai Balekambanng sambil membawa
motor.
Comments
Post a Comment