Perseteruan Barcelona FC dan Real Madrid di Spanyol

Perang sipil Spanyol tahun 1936-1939 melibatkan kaum Nasionalis dan kaum Republik.

Kaum Nasionalis mendapat sokongan dari negara-negara fasis.

Sedangkan kaum Republik mendapat sokongan dari negara Komunis.

Kaum nasionalis dipimpin Francisco Paulino Hermenegildo Teodulo Franco Bahamonde Salgado Pardo (1892-1975).

Sedangkan Kaum Republik dipimpin Manuel Azana Diaz (1880-1940).

Kaum Republik menuntut pemerintah Spanyol di bawah pimpinan Franco memberi otonomi khusus kepada Catalonia.

Daerah yang dituntut adalah seluruh bekas Kerajaan Catalonia.

Sejak awal Catalonia memang tidak menganggap bagian dari Spanyol.

Kemenangan Franco dalam Pemilu 1936 dianggap momen tepat untuk memulai pemberontakan.

Franco mengeluarkan kebijakan tegas untuk menekan pemberontakan.

Franco melarang penggunaan bendera dan bahasa Catalonia.

Perseteruan politik ini merembet ke dua klub besar di Spanyol, yaitu Barcelona FC dan Real Madrid.

Barcelona FC dianggap manivestasi dari warga Catalonia.

Warga Catalonia biasa berkomunikasi menggunakan bahasa daerah selama berada di Stadion Les Corts.

Para tentara tidak mudah memahami bahasa penduduk yang menggunakan bahasa Catalonia di stadion.

Untuk membendung militansi penduduk Catalonia, Franco mendompleng Real Madrid.

Franco memanfaatkan klub yang berdiri pada tahun 1902 ini sebagai alat propaganda.

Franco hanya ingin menancapkan pengaruhnya ke seluruh lapisan masyarakat Spanyol.

Dalam kondisi seperti inilah Josep Sunyol Garriga (1898-1936) menjadi presiden Barcelona FC.

Sunyol juga tercatat sebagai anggota Accio Catalana, dan Esquerra Republikana de Catalunya.

Sunyol baru setahun menjadi presiden Barcelona FC saat perang sipil ini terjadi.

Tapi, Sunyol menjadi target paling dicari oleh loyalis Franco.

Loyalis Franco yang Madridista (penggemar Real Madrid) berhasil menangkap Sunyol di Guadarrama pada 6 Agustus 1936.

Sunyol langsung dieksekusi tanpa melalui proses persidangan.

Tidak ada penjelasan cara menghabisi nyawa Sunyol.

Dua tahun kemudian, Franco memerintahkan tentara membombardir yayasan sosial milik Barcelona FC.

Franco beralasan Barcelona FC adalah simbol perlawanan penduduk Catalonia kepada pemerintah.

Perseteruan juga berlanjut ke lapangan hijau.

Franco menggunakan kekuasaannya untuk mengalahkan Barcelona FC.

Dalam leg kedua semi final Copa del Generalisimo (sekarang Copa del Rey), Franco menginstruksikan Barcelona FC mengalah kepada Real Madrid pada 13 Juni 1943.

Gawang Barcelona FC jebol 11 kali.

Barcelona FC hanya mampu mencetak satu gol sebagai protes atas intimidasi Franco.

Meskipun Real Madrid menang besar dari Barcelona FC, Franco tetap kurang puas.

Dia menuding ada pengatur skoran yang melibatkan Barcelona FC.

Kiper Esteban Font Castell (1919-?) langsung dijatuhi hukuman larangan aktif di sepak bola seumur hidup.

Sayangnya tidak ada informasi lanjutan terkait Esteban setelah keluarnya sanksi.

Website www.worldfootball.net menyebutkan bahwa karier Esteban berakhir di Barcelona FC.

Comments