Kecelakaan KA yang Tak Tersiar di Media Massa Italia, 2 Maret 1944

Kecelakaan kereta api (KA) sudah sering didengar oleh khalayak.

Biasanya kecelakaan mencari berita sensasional dan selalu terekspose media massa.

Apalagi korban meninggal dalam kecelakaan ini mencapai 500 orang lebih.

Berita menggambarkan gerbong terguling, darah berceceran, penumpang terpanggang, atau bagian tubuh terpencar menjadi gambaran.

Tapi kecelakaan KA yang terjadi di Balvano, Italia pada 2 Maret 1944 berbeda dengan kecelakaan KA lainnya.

Gerbong KA tidak terguling, tidak ada darah tercecer, tidak ada bau daging manusia gosong, dan tidak ada pula bagian tubuh yang berpencar.

Tapi tidak ada satu pun media massa yang memuat berita ini.

KA ini bukanlah kereta penumpang.

Seharusnya KA ini hanya boleh untuk mengangkut barang.

Tapi mencari alat transportasi umum di masa perang bukan perkara mudah.

Tidak mengherankan KA ini pun dibanjiri penumpang.

Tentara dan warga sipil saling berebut masuk ke dalam KA menuju Balvano.

49 gerbong langsung terisi penumpang dalam waktu sekejap.

Bahkan ada penumpang yang menumpang di atas gerbong.

Saat meninggalkan Stasiun Salerno pada pukul 05.00 waktu setempat, KA ini mengangkut sekitar 600 orang.

Dalam perjalanannya, KA akan melalui beberapa kota, diantaranya Eboli, Persano, dan Romagnano.

Untuk menuju kota-kota ini, KA harus melalui terowongan di pegunungan Appennines.

Saat berada di tengah terowongan, KA tiba-tiba berhenti.

Tidak ada satu pun penumpang yang menyadari berhentinya KA.

Hanya dua masinis yang mengetahui bila KA berhenti di tengah terowongan.

Mesin KA masih tetap menyala, dan asap pembakaran batubara pun tetap menyala.

Ada beberapa pendapat terkait penyebab berhentinya KA ini.

Ada yang mengatakan KA berhenti akibat tidak mampu menarik gerbong di belakangnya.

Maklum lokomotif yang dibuat menarik gerbong barang dipaksa menarik gerbong berisi barang dan ratusan manusia.

Apalagi rel di dalam terowongan menanjak.

Ada pula yang yang mengatakan masinis sengaja menghentikan KA di tengah terowongan.

KA harus menunggu KA dari arah berlawanan masuk stasiun lebih dulu agar tidak terjadi tabrakan.

Apapun alasan berhentinya, membiarkan mesin KA tetap menyala selama 30 menit di dalam terowongan merupakan kesalahan fatal.

Pembakaran KA menggunakan batu bara kualitas rendah.

Pemerintah memang hanya menyediakan batu bara kualitas rendah untuk transportasi umum.

Batu bara kualitas bagus digunakan untuk Perang Dunia II.

Batu bara kualitas ini menghasilkan asap tebal mengandung karbon monoksida.

Dalam hitungan menit, asap tebal ini langsung memenuhi terowongan.

Penumpang di gerbong pertama meninggal lebih cepat.

Disusul penumpang di gerbong kedua, dan seterusnya.

Tapi penumpang di gerbong paling belakang lebih beruntung.

Mereka masih bisa menghirup udara dari luar terowongan sehingga selamat dari maut.

Tidak banyak yang mengetahui bencana ini.

Media massa tidak ada yang pernah memuatnya.

Suasana perang menyebabkan berita harus melalui penyensoran ketat.

Bahkan sampai perang berakhir, bencana ini tidak pernah terekpos.

Dalam sejarah KA, bencana ini adalah kecelakaan kereta dengan korban terbanyak kedua.

Kecelakaan kereta dengan korban terbanyak terjadi di Sri Lanka pada 2004 saat beberapa negara diterjang tsunami.

Sekitar 1.700 orang tewas dalam kejadian ini.

Comments