Pembantaian Massal di Vietnam dan Irak, 16 Maret

16 Maret diwarnai dua pembantaian massal di Vietnam dan Irak.

Dua pembantaian massal ini sama-sama melibatkan Amerika Serikat (AS), baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Pembantaian di Vietnam terkait Perang Vietnam yang melibatkan AS secara langsung.


Sedangkan pelaku pembantaian di Irak adalah Saddam Husain (1937-2006).

Pembantaian di Vietnam terjadi pada 16 Maret 1968.

AS sudah frustasi melawan gerilyawan Viet Cong yang mendapat dukungan dari warga.

Upaya menangkap Viet Cong selalu tidak membuahkan hasil.

Gerilyawan Viet Cong selalu saja menghilang di tengah pemukiman.

Awalnya kedatangan satu pleton tentara AS pimpinan Letnan William Calley (lahir 1943) ke Desa My Lai ini untuk mencari Viet Cong.

Malam menjelang pemberangkatan, tentara mendapat pengarahan dari komando militer.

Disebutkan penduduk akan meninggalkan rumah setiap pukul 07.00 waktu setempat.

Artinya orang yang tertinggal di desa pada jam itu adalah pemberontak.

Ternyata tidak ada satu pun pemberontak yang ditemukan di desa itu saat tentara datang.

Tentara hanya menemukan orang tua, wanita, dan anak-anak.

Seluruh penduduk desa dikumpulkan di satu lokasi.

Layaknya menginterogasi tawanan, seluruh penduduk desa ditanya seputar Viet Cong.

Interogasi berubah menjadi brutal.

Tentara menembak penduduk desa.

Beberapa tentara lain dikabarkan memperkosa penduduk wanita.

Jumlah korban pembantaian massal ini masih diperdebatkan.

Jumlah yang paling sering disebut adalah sekitar 504 jiwa.

Pemerintah AS berusaha menutupi Pembantaian massal ini.


Pembantaian ini baru menjadi isu internasional setelah ditulis oleh jurnalis The New Yorker, Seymour Myron (lahir 1937) pada akhir 1969.

Beberapa majalah terkemuka lainnya juga menyiarkan pembantaian ini, seperti Time, Life, dan Newsweek.

Proses peradilan menyatakan Calley bersalah karena melakukan pembunuhan terencana dan memerintahkan penembakan.

Awalnya Calley divonis hukuman seumur hidup.

Presiden Richard Nixon (1913-1994) membebaskannya dua hari kemudian.

Calley hanya dikenakan tahanan rumah selama tiga tahun enam bulan.

Tapi tidak lama kemudian, Calley dibebaskan dari segala tuduhan karena diklaim hanya menjalankan perintah atasannya, Ernest Medina (lahir 1936).

Berbeda dengan pembantaian di Vietnam, keterlibatan AS dalam pembantaian di Irak secara tidak langsung.

Presiden AS, Ronald Wilson Reagen (1911-2004) dikabarkan mengetahui rencana pembantaian Suku Kurdi pada 16 Maret 1988.

Apalagi gas beracun jenis sarin milik Saddam Husain itu hasil pasokan AS.

Helikopter Bell 214 ST yang digunakan mengangkut bom pun dibeli dari AS.

Bukan hanya Irak yang membantai Suku Kurdi.

Turki, Suriah, dan Iran juga mengebiri dan membantai Suku Kurdi.

Keinginan Suku Kurdi yang ingin mendirikan negara sendiri dianggap sebagai tindakan separatis.

Perbuatan Saddan Husain pada 16 Maret 1988 dianggap sebagai pembantaian terkeji.

Tapi AS tidak mengambil tindakan apapun atas kejahatan kemanusiaan ini.

Helikopter dan pesawat tempur Irak menjatuhkan bom gas saraf di atas Kota Halabja.


Mayoritas penduduk kota ini adalah Suku Kurdi.

Hanya dalam lima jam, sekitar 5.000 orang meninggal, dan 10.000 orang lainnya terluka dalam kampanye ‘Anfal’ ini.

Pemerintah Irak yang didukung AS baru mengakui pembantaian ini sebagai genosida pada 2010.

Hassan Al Majid (1941-2010) yang juga sepupu Saddam Husain dianggap bertanggung jawab atas pembantaian ini.

Pengadilan menjatuhkan vonis empat kali hukuman mati untuk empat kasus yang berbeda.

Akhir hayat Hassan berakhir di tiang gantung pada 25 Januari 2010.

Comments