Hosni Mubarak Mengundurkan Diri dari Jabatan Presiden Mesir, 11 Februari 2011
Dalam laporan khusus edisi 13 Februari 2011,
Kompas menyamakan nasib Presiden Mesir, M Hosni Sayyid Mubarak (1928- sekarang)
dengan Presiden Indonesia, Soeharto (1921-2008).
Dua orang ini sama-sama mengawali karirnya
dari dunia militer.
Dua orang ini sama-sama pernah dianggap sebagai pahlawan dalam
karirnya.
Mereka sama-sama berkuasa sekitar 30 tahun.
Mereka sama-sama
diturunkan dituding memperkaya diri sendiri selama berkuasa.
Akhirnya, mereka sama-sama diturunkan paksa melalui demonstrasi besar-besaran.
Ada dua spekulasi terkait akhir pemerintahan Hosni
Mubarak pada 11 Februari 2011.
Spekulasi pertama menyebutkan bahwa Amerika
Serikat (AS), Inggris, dan Israel disebut-sebut di balik tumbangnya Hosni
Mubarak.
Spekulasi kedua menyebutkan Ikhwanul Muslimin berada di balik tumbangnya
Hosni Mubarak.
Belum ada bukti terkait dua spekulasi.
Yang jelas akhir
jabatan kepresidenan Hosni Mubarak diwarnai demonstrasi besar-besaran di
sejumlah kota di Mesir.
Kronologi demontrasi di Mesir sama dengan demontrasi di
Tunisia yang menjatuhkan Zine El Abidine Ben Ali (1936-sekarang).
Demonstrasi di
dua negara ini sama-sama diawali penganiayaan warga oleh aparat penegak hukum.
Polisi berpakaian preman menyiksa warga bernama Khaled Mohammed Saeed (1982-2010) tanpa alasan jelas di warnet di Alexandria pada pertengahan Juni 2010.
Foto jasad Saeed yang sudah dalam keadaan tak
bernyawa langsung menyebar.
Para pemuda pun berang terhadap ulah lembaga negara
ini, di antaranya Wael Ghonim (1980-sekarang).
Sebagai bentuk protesnya terhadap
kesewang-wenangan pemerintahan Hosni Mubarak, Ghonim membuat gruop di facebook,
‘My Name is Khales Said’, dan ‘We are All Khaled Said’.
Aksi demonstrasi digagas dalam komunikasi di grup facebook tersebut.
Demonstrasi besar-besaran dimulai
pada akhir Januari 2010.
Tuntutan utama demonstran adalah menggulingkan pemerintahan
Hosni Mubarak.
Hosni Mubarak bersikukuh mempertahankan
jabatannya.
Hosni Mubarak menjanjikan kehidupan lebih demokratis di Mesir.
Hosni Mubarak mengangkat Direktur Dirjen Inteljen Mesir, Omar Suleiman (1936-sekarang)
sebagai wakil presiden.
Padahal sejak menjadi presiden pada 1981 lalu, Hosni
Mubarak tidak pernah mengangkat wakil presiden.
Hosni Mubarak berharap pengangkatan wakil presiden ini bisa meredam demonstran dan mempersatukan militer dan polisi.
Tapi demonstran bersikukuh pada tuntutannya.
Sedangkan
dukungan militer dan polisi terbelah antara demonstran dan pemerintah.
Bahkan putra
Hosni Mubarak, Gamal Mubarak (1963-sekarang) memilih melepaskan jabatan sebagai
pimpinan Partai Demokratik Nasional.
Hosni Mubarak memutuskan mengundurkan
diri dari presiden Mesir pada 11 Februari 2011.
Pengumuman mundurnya Hosni Mubarak disampaikan Omar Suleiman
melalui televisi pemerintah.
Dalam pengumumannya, Omar menyatakan:
"Presiden Hosni
Mubarak sudah memutuskan turun dari kursi kepresidenan, dan sudah menugaskan
Dewan tertinggi Angkatan Bersenjata mengurus negara."
Hosni Mubarak sudah tidak berada di Mesir saat Omar Suleiman memberikan
pernyataan resmi ini.
Hosni Mubarak dan keluarganya sedang dalam perjalanan
menuju tempat peristirahatannya di Sharm el-Sheikh di Laut Merah.
Tapi Hosni
Mubarak tidak bisa istirahat tenang setelah menjadi warga biasa.
Tidak lama
setelah lengser dari jabatannya, Hosni Mubarak diseret ke pengadilan.
Dia diduga korupsi dan terlibat dalam pembunuhan selama mengendalikan Mesir.
Comments
Post a Comment