Perang Terbuka Dinasti Umayah dan Dinasti Abbasiyah di Irak, 25 Januari 750

Berdirinya Kekhalifahan Umayah menimbulkan banyak pemberontakan.

Kaum Syiah dan Kaum Khawarij yang paling getol melakukan pemberontakan.

Hampir semua khalifah Dinasti Umayah sibuk menumpas pemberontakan yang dilakukan Kaum Syiah dan Kaum Khawarij.

Marwan bin Muhammad bin Marwan yang bergelar Marwan II (688-750) boleh dikatakan khalifah paling sukses menumpas pemberontakan.

Beberapa daerah yang sebelumnya dikuasai Kaum Khawarij berhasil ditaklukan.

Begitu pula pemberontakan Kaum Syiah berhasil diatasi.

Dari beberapa pemberontakan yang pernah muncul, pemberontakan keturunan Abbas yang paling cepat.

Pemberontakan ini diawali di forum-forum pengajian.

Setiap menyampaikan dakwah, Muhammad bin Ali bin Abdullah (634-704) selalu mengajak umat Islam kembali ke ridha keluarga Nabi Muhammad.

Tujuan pencarian ridha keluarga Nabi ini adalah memberikan legitimasi imamah.

Model dakwah ini pun mendapat sambutan positif dari Kaum Syiah.

Kaum fanatis keluarga Nabi ini memberi dukungan kepada Muhammad.

Gerakan dakwah ini lambat laun berubah menjadi gerakan politik.

Menumbangkan Kekhalifahan Umayah menjadi tujuan utama.

Saat Muhammad meninggal dan tongkat estafet kekuasaan menyerahkan kepada Ibrahim bin Muhammad (669-711), Kaum Syiah tetap memberikan dukungan.

Setelah Ibrahim dikuasai penguasa Umayah, tongkat kekuasaan diserahkan kepada Abu Abbas Abdullah bin Muhammad as-Saffah (721-754).

Abu Abbas dibaiat menjadi khalifah pada akhir Oktober 749.

Di bawah kendali Abu Abbas inilah pemberontakan bertambah.

Perang penting dengan Kekhalifahan Umayah terjadi di dekat Sungai Zab, Irak pada 25 Januari 750.

Abu Abbas memberi amanat kepada pamannya, Abdullah bin Ali untuk memimpin pasukan.

Sedangkan di kubu Kekhalifahan Umayah, Marwan II memimpin sendiri pasukannya.

Diperkirakan 12.000 orang bergabung dalam pasukan pimpinan Marwan II.

Tidak diketahui secara pasti jumlah pasukan pimpinan Abdullah.

Yang jelas jumlah pasukan Marwan II lebih besar dibandingkan dengan Abdullah.

Pasukan Abdullah berhasil mengalahkan pasukan Marwan II yang jumlahnya lebih besar.

Sebenarnya pasukan Marwan II lebih berpengalaman di medan perang.

Tapi, mental pasukan Marwan II sedang drop akibat kekalahan beruntun yang dialaminya.

Sebaliknya pasukan Abdullah beberapa kali memenangkan peperangan.

Setelah pertempuran di Zab, beberapa kota yang sempat dikuasai Kekhalifahan Umayah jatuh ke tangan Kekhalifahan Abbasiyah.

Sebaliknya Marwan II berusaha mencari dukungan politik dari koleganya.

Marwan II berencana menuju Mesir yang masih setia terhadap kekuasaannya.

Abdullah segera mengambil langkah cepat dengan memberangkatkan pasukan dari Palestina.

Pasukan ini berhasil menangkap dan membunuh Marwan II di luar sebuah gereja di Mesir pada pertengahan 750.

Jasad Marwan II segera dimakamkan tidak jauh dari tempat persembunyian terakhirnya.

Sedangkan penyerahan diserahkan kepada Abu Abbas.

Seiring kematian Marwan II, berakhir pula Kekhalifahan Umayah.

Untuk memudahkan mendapat legitimasi, Abbasiyah melakukan pembunuhan besar-besaran terhadap keluarga atau orang yang dekat dengan Dinasti Umayah.

Diperkirakan puluhan ribu orang dibantai dalam pembunuhan massal ini.

Tapi tidak semua keturunan Umayah tewas dalam pembantaian ini.

Di antara keturan Umayah yang berhasil selamat adalah Abdurahman bin Muawiyah bin Hisyam bin Abd Malik bin Marwan (731-788).

Sosok yang mendapat julukan ad-Dakhil ini meneruskan Kekhalifahan Umayah di Spanyol mulai 756.

Comments