Akhir Pelarian Tentara Jepang di Guam, 24 Januari 1972

Untuk mendukung kekuatan Jepang, Amerika Serikat (AS) berinisiatif menghancurkan dua kota penting di Jepang, yaitu Nagasaki dan Hiroshima.

Dua kota ini menjadi jantung kekuatan militer Jepang yang sangat heroik, pantang menyerah, dan setia kepada kaisar. 

Bom akan dijatuhkan pada awal Agustus 1945.

Diawali menjatuhkan bom atom bernama Little Boy di Heroshima pada 6 Agustus 1942.

Sekitar 140.000 orang meninggal setelah bom dijatuhkan.

Tak puas menjatuhkan bom atom di Hiroshima, bom atom kedua yang akan dijatuhkan.

Sekitar 80.000 orang penduduk Hiroshima meninggal akibat ledakan bom atom bernama Fat Man.

Kaisar, Hirohito (1901-1989) langsung mengumumkan menyerahnya Jepang pada 15 Agustus 1945.

Pidato Kaisar tentang menyerahnya Jepang langsung melalui udara.

Sayangnya pesan dalam perut ini kurang dijangkau oleh seluruh penduduk Jepang.

Diduga penyebab kurang pahamnya penduduk Jepang karena Kaisar menggunakan dialek Jepang kuno.

Selain itu, kualitas rekaman yang rendah juga mempersulit penduduk memahami pesan yang disampaikan Kaisar.

Tidak mengherankan masih banyak tentara Jepang di beberapa daerah pendudukan masih melakukan perlawanan terhadap tentara Sekutu.

Perlawanan di Guam tetap berlanjut, padahal Amerika sudah menguasai wilayah ini sejak tahun 1944.

Diperkirakan masih ada sekitar seribu tentara Jepang sedang bergerilya di hutan.

Di antara tentara yang tetap melakukan perlawanan terhadap Sekutu adalah Shoichi Yokoi (1915-1997).

Jumlahnya berkurang secara berlahan.

Sebagaian memisahkan diri dari rombongan, dan sebagaian mati karena penderitaan.

Sampai akhirnya hanya menyisakan Yokoi seorang diri.

Untuk mempertahankan diri, Yokoi membangun goa bawah tanah.

Di dalam gua ini hanya ada ruang sepanjang tiga meter dengan ketinggian satu meter.

Untuk keluar-masuk gua, Yokoi menggunakan tangga setinggi 2,5 meter.

Petualangannya berakhir pada 24 Januari 1972 senja.

Saat itu Yokoi sedang memancing di Sungai Talofofo.

Dalam waktu bersamaan, dua penduduk lokal bernama Yesus Duenas dan manuel De Gracia juga berada di sungai tersebut.

Dua orang ini berniat memeriksa perangkap udangnya.

Saat melihat Yokoi, dua orang itu penasaran.

Saat itu Yokoi mengenakan celana dan baju anyaman dari serat-serat pohon.

Yokoi masih perlawanan saat dua penduduk lokal ini berniat menangkapnya.

Perbedaan postur tubuh dan jumlah membuat Yokoi harus menyerah.

Yokoi yang babak belur dibawa keluar hutan, dan diserahkan ke kantor polisi.

Di kantor polisi inilah identitas Yokoi terkuak.

Sebulan kemudian di Guam, Yokoi dikembalikan ke Jepang.

Kepulangannya ke Jepang memicu pencarian terhadap sisa-sisa tentara Jepang era Perang Dunia II.

Teruo Nakamura (1919-1979) ditemukan di Pulau Morotai, Maluku pada tahun 1974.

Sisa tentara Jepang era Perang Dunia II lainnya bernama Hiroo Onoda (1922-2014) juga ditemukan pada tahun yang sama di Pulau Lubang, Filipina.

Comments