Pertarungan Terakhir Gladiator di Koloseum Romawi, 1 Januari 404

Tidak ada yang mengetahui sejak kapan gladiator diperkenalkan.

Masyarakat Etruskan sudah memainkannya sebelum masyarakat Romawi mengenal dan membudayakan gladiator.

Tapi, masyarakat Etruskan tidak menggunakan gladiator untuk kepentingan hedonis dan perjudian.

Gladiator bagi masyarakat Etruskan merupakan bagian dari ritual keagamaan dan memiliki nilai sakral.

Kata gladiator berasal dari bahasa latin, gladiatores yang berarti ahli pedang atau orang yang menggunakan pedang.

Selama ini gladiator identik dengan Roma.

Ada reruntuhan Ludus Magnus yang merupakan sekolah pelatihan gladiator di Roma.

Bagi masyarakat Etruskan, gladiator digelar untuk menghormati tokoh yang sudah meninggal.

Gladiator yang dipercaya menjadi pengawal tokoh tersebut di kehidupan barunya.

Gladiator di Romawi pertama kali digelar saat pemakaman Junius Brutus Pera pada tahun 264 SM.

Keluarga Junius mengadu tiga pasang gladiator sebagai penghormatan kepada almarhum.

Kebiasaan ini diikuti oleh Titus Quinctius Flaminius (229 SM-174 SM).

Saat ayahnya meninggal, Titus mempertandingkan 74 pasang petarung yang digelar selama tiga hari.

Julius Caesar (100 SM-44 SM) pun tidak mau ketinggalan.

Saat putrinya, Julia Caesaris (73 SM-54 SM) meninggal, Caesar menggelar pertandingan 300 pasang gladiator.

Sejak diadopsi bangsa Romawi inilah gladiator mengalami pergeseran nilai.

Gladiator tidak lagi digunakan untuk ritual keagamaan.

Gladiator berubah menjadi olahraga dan tontonan.

Bahkan gladiator menjadi prestise sosial bagi penguasa untuk menunjukan kekuasaannya.

Lambat laun gladiator menjadi ladang bisnis bagi orang-orang tertentu.

Beberapa penguasa Romawi sudah beberapa kali mengeluarkan larangan pertandingan gladiator.

Kaisar Septimius Severus (145-211) pernah mengeluarkan larangan resmi pertarungan antara manusia dengan binatang atau antar manusia.

Flavius ​​Valerius Constantinus yang akrab dikenal dengan sebutan Kaisar Konstantinus I atau Konstantinus Agung (272-337) juga mengeluarkan peraturan serupa.

Tapi, bersamaan keluarnya larangan, gladiator tetap digelar.

Sampai akhirnya Santa Telemachus yang dikabarkan berasal dari Mesir tiba pada 1 Januari 404.

Dia menyaksikan warga berbondong-bondong datang ke koloseum.

Bersama warga lainnya, dia ikut masuk ke dalam koloseum.

Betapa kagetnya Telemachus saat menyaksikan dua orang sedang berhadapan dengan senjata di tangan.

Dua orang ini siap bertarung di hadapan penonton.

Telemachus meloncat ke dalam arena, dan langsung berdiri di antara dua gladiator itu.

“Dalam nama Kristus, tahanlah diri kalian,” kata Telemachus kepada dua gladiator itu.

Sikap Telemachus ini pun membuat penonton emosi.

Penonton berteriak agar gladiator itu membunuh Telemachus.

Seorang gladiator mendekati Telemachus.

Tangannya langsung mengayunkan pedang yang masih digenggamnya.

Telemakus tersungkur.

Sambil menahan darah di perutnya, Telemachus bangkit dan berlari kembali ke kursi penonton.

Tapi gladiator lain malah mengejarnya.

Telemachus kembali mendapat hujaman pedang.

Telemachus berkata:

"Dalam nama Kristus, tahanlah dirimu."

Tidak lama kemudian Telemachus menghembuskan nafas terakhirnya.

Koloseum mendadak hening.

Seorang penonton berdiri, dan meninggalkan arena.

Hanya dalam waktu dekat, sekitar 80.000 penonton meninggalkan koloseum.

Kabar kematian biarawan ini sampai ke telinga Flavius Honorius Augustus atau Kaisar Honorius (384-423).

Kaisar yang menganut agama Kristen ini mengeluarkan larangan pertarungan gladiator di koloseum.

Sejak saat itu tidak ada pertarungan gladiator.

Pertarungan 1 Januari 404 adalah pertarungan gladiator terakhir di koloseum.

Comments