Pengesahan Bengal Sati Regulation d India, 4 Desember 1829

Baru setahun dipercaya menjadi Gubernur Jenderal di India, Lord William Bentinck (1774-1839) melakukan reformasi pengadilan dan hukum.

Di antara reformasi yang dikeluarkan adalah mengesahkan Bengal Sati Regulation pada 4 Desember 1829.

Dengan keluarnya peraturan ini, sati (tradisi bakar diri untuk membuktikan kesetiaan istri kepada suaminya, atau buruh kepada majikan) dilarang alias ilegal.

Setiap ada pembakaran mayat, polisi harus bersiaga di sekitar lokasi.

Selain untuk mensosialisasikan aturan ini, polisi harus memastikan tidak ada pihak yang memaksa, memerintahkan, atau membujuk orang lain agar melakukan sati .

Polisi berwenang menangkap pelanggar peraturan ini.

Bila tidak kuasa menangkap langsung, disarankan untuk mencatat nama dan alamat pelanggar, dan segera berkomunikasi dengan pengadilan.

Peraturan ini tidak hanya melarang orang yang memerintahkan, memaksa, atau membujuk saja.

Ritual sati secara sukarela juga dilarang.

Pelanggaran terhadap aturan ini bisa dikenakan denda, penjara, atau penjara dan denda.

Sebenarnya upaya untuk menekan terjadinya sati di India sudah ada sejak era Kesultanan Delhi.

Kaisar Mughal, Nasirudin Muhammad Humayun (1508-1556) adalah orang yang pertama kali mencoba menerapkan larangan sati.

Karena kondisi politik tidak stabil, Humayun tidak bisa menjalankan aturan ini secara efektif.

Bahkan Humayun pernah menenangkan diri ke Persia setelah tak menghadapi pemberontakan Sher Shah Suri (1486-1545).

Kebijakan pelarangan sati dilanjutan anak Humayun, Jalaludin Muhammad Akbar (1542-1605).

Kekuasaan Akbar berdasarkan konsep toleransi universal yang memandang semua orang memiliki derajat sama.

Wanita dilarang melakukan sati tanpa izin khusus dari kepala kepolisian.

Tapi, kepala kepolisian diperintahkan agar selalu menunda memberi jawab permintaan sati yang diterima.

Akar ritual sati dapat ditelusuri dalam kehidupan masyarakat Yunani kuno.

Pengorbanan serupa sati biasa dilakukan masyarakat Jerman, Slavia, dan ras lainnya.

Tidak ada penjelasan sejak kapan ritual sati masuk ke India.

Catatan tertua tentang pengorbanan diri wanita ditulis oleh sejarawan Aristobulus dari Cassandreia (375 SM-301 SM)  pada tahun 326 SM.

Dia ikut serta dalam rombongan ekspedisi Alexander Agung (356 SM-323 SM).

Dalam lawatannya, Aristobulus menemukan pengorbanan wanita di Kota Taxila (sekarang masuk wilayah Pakistan).

Ritual sati masih terjadi selama abad 21.

Sebagaimana dilaporkan BBC News pada 8 Agustus 2002 lalu, perempuan bernama Kuttu Bai (65) dibakar di atas tumpukan kayu pembakaran suaminya.

Polisi yang berada di lokasi gagal menghalangi pelaksanaan ritual ini karena massa mengamuk dan memerintahkan polisi meninggalkan lokasi.

Atas insiden ini, 15 orang ditangkap, termasuk dua perempuan yang tidak berupaya menghentikan Kuttu Bai.

Mereka dituduh berkonspirasi melakukan pembunuhan.

Ritual sati juga akan terjadi di Rajshtan pada 2009 lalu.

Sharbati Bai (60) berniat menceburkan diatas tumpukan kayu pembakaran suaminya.

Beruntung polisi dan warga berhasil menggagalkan ritual ini.

Comments