Ibukota Persia, Ctesiphon (Madain) Jatuh ke Tangan Umat Islam pada 19 November 636
Umat Islam butuh beberapa kali peperangan untuk menaklukan Persia (Iran) di bawah Kerajaan Persia.
Perang Qadisiyah adalah bagian dari rangkaian perang untuk menaklukkan Persia.
Umar Ibn Khaththab (584-644) sekitar 30.000 orang tentara dalam perang ini.
Umat Islam menghadapi tentara Persia sebanyak 120.000 orang.
Perang ini terjadi di wilayah Qadisiyah, sebelah timur Sungai Efrat.
Umar sempat berniat memimpin sendiri penaklukan Persia ini.
Sahabat setuju usul Umar ini.
Hanya Abdurahman ibn Auf (580-6522) yang tidak setuju.
Abdurahman khawatir psikologis umat Islam akan terganggu bila kalah dalam perang ini.
Apalagi saat itu tidak mudah menunjuk pemimpin yang disepakati oleh seluruh umat Islam.
Abdurahman menyarankan agar Umar menunjuk satu penglima perang.
Akhirnya Umar memilih Saad bin Abi Waqash (595-674).
Saad berangkat dengan membawa pasukannya.
Pasukan pimpinan Saad segera bergabung dengan tentara pimpinan Muthanna ibn Harith yang sudah berusaha menaklukan Persia sebelumnya.
Saad butuh waktu sekitar sebulan untuk mengamati kekuatan Persia.
Aksi spionase dipercayakan kepada Thulaihah Al As'adi.
Berbekal informasi Thulaihah inilah Saad menyusun strategi perang.
Sebelum perang dimulai, Saad mengirim delegasi pimpinan Mughira ibn Su'bah ke panglima perang Persia, Rostam Farrokhzad.
Kedatangan delegasi ini hanya menawarkan pilihan, yaitu memeluk Islam, atau orang Persia menjalankan keyakinannya tapi membayar jizyah.
Rostam tidak memilih dua pilihan ini.
Akhirnya kedua pihak terlibat peperangan.
Gajah menjadi kendaraan utama barisan depan tentara Persia.
Ditopang kekuatan yang lebih banyak, Persia bisa memenangkan peperangan pada hari pertama dan kedua.
Kekalahan dua kali ini tak membuat tentara Islam mundur dari garis pertahanan.
Umat Islam baru meraih kemenangan pada hari ketiga setelah mendapat tambahan pasukan dari Suriah.
Penambahan pasukan bukan satu-satunya kunci kemenangan umat Islam.
Saad memerintahkan
tentaranya menghias kudanya dengan pakaian berwarna cerah.
Pakaian inilah yang
membuat gajah kebigungan mencari arah.
Tentara Islam memanfaatkan kondisi ini dengan
menerobos sampai pertahanan Persia.
Melihat tentaranya kalah, Rostam berusaha melarikan diri dengan menceburkan
diri ke Sungai Efrat.
Rostam memang berhasil mencapai tepi sungai.
Tapi, beberapa
tentara Islam yang mengetahui Rostam melarikan diri langsung mengejarnya.
Hilal
ibn Ullafah berhasil menangkap, dan memenggal kepala Rostam.
Kabar ini membuat mental
perang pasukan Persia merosot.
Sebagaian memilih menjadi tawanan, dan sebagaian
lainnya bersedia masuk Islam.
Kemenangan di Qadisiyah memudahkan pasukan Islam mendesak
sisa tentara Persia ke arah timur.
Ibukota Persia, Ctesiphon (Madain) jatuh ke
tangan umat Islam pada 19 November 636.
Raja terakhir Persia, Yazdegerd III (624-651) berhasil melarikan diri.
Yazdegerd
III berhasil mengumpulkan sisa pasukannya dari pengungsian.
Sisa pasukan Persia
di bawah pimpinan Wahman Mardansyah kembali terlibat peperangan dengan tentara
Islam di Nihawand pada 642.
Tentara Persia kembali mengalami kekalahan.
Lagi-lagi
Yazdegerd III berhasil melarikan diri.
Seorang petani berhasil membunuh Yazdegerd
III pada 651.
Kematian Yazdegerd III mengakhiri Kerajaan Sasanid, dan mulailah
era Islam di Iran atau Persia.
Comments
Post a Comment