Perampokan dan Pembunuhan Herbert Clutter 15 November 1959 Jadi Tonggak Era Jurnalisme Baru

Richard 'Dick' Hickock (1931-1965) baru saja bebas bersyarat dari penjara.

Saat berada di penjara, Richard mendengar informasi menarik dari teman satu selnya, Floyd Wells.

Wells pernah terjadi bekerja di rumah milik Herbert Clutter.

Wells menceritakan bahwa Clutter menyimpan uang tunai $10.000 di dalam brankas.

Mendengar kabar ini, Richard memiliki ide untuk merampok Clutter.

Richard akan memanfaatkan uang itu untuk hidup di Meksiko.

Untuk memuluskan aksinya, Richard menghubungi teman satu selnya yang juga bebas bersyarat, Perry Edward Smith (1928-1965).

Smith pun setuju membantu Richard menjalankan aksinya.

Kemudian mereka berkendara menuju Kansas pada 14 November 1959. 

Setelah melakukan pengamatan, mereka beraksi pada 15 November 1959.

Di dalam rumah Clutter ada empat orang.

Clutter sebagai kepala keluarga, ditemani istrinya, Bonnie, sebagai ibu rumah tanggahnya.

pasangan suami-istri ini memiliki empat anak, yaitu Eveanna, Beverly, Nancy, dan Kanyon.

Eveanna dan Beverly sudah tinggal di rumah sendiri.

Sedangkan Nancy dan Kenyon yang masih duduk di bangku sekolah menengah masih tinggal di rumah keluarga Clutter.

Richard dan Smith berharap tidak mendekam di penjara lagi setelah melakukan perampokan.

Perampokan ini harus tanpa saksi hidup. Artinya, siapapun yang melihat kejadian itu harus dibunuh.

Berbekal senapan dan pisau, mereka beraksi.

Seluruh penghuni rumah sedang tidur saat Richard dan Smith masuk ke dalam rumah.

Dua kejahatan ini langsung menuju kamar tidur utama, dan membangunkan Clutter.

Di bawah todongan senjata, Clutter mengaku tidak menyimpan uang tunai.

Smith yang emosinya labil langsung menyayat leher Clutter.

Tak puas menyayat leher, Smith pun menembak kepala Clutter.

Istri dan dua anak Clutter pun tewas tidak lama kemudian.

Orang ketiga ini mengalami luka tembak di kepalanya.

Kemudian Smith dan Richard melarikan diri ke Las Vegas.

Smith ditangkap lebih dulu, diusul Richard sekitar sebulan kemudian.

Proses peradilan Smith dan Richard selama sekitar lima tahun.

Mereka sempat mengaku mengalami kelainan gila temporer saat membunuh.

Tapi, tim dokter memastikan dua orang ini dalam keadaan sehat, dan tidak ada indikasi mengalami gila temporer.

Untuk memperbuat perbuatannya, Smith dan Richard menjalani hukuman di Kansas pada pertengahan 1965.

Kisah pembunuhan ini menarik perhatian novelis Amerika Serikat (AS), Truman Streckfus Person atau yang akrab dikenal Truman Capote (1924-1984).

Capote berencana menulis kisah pembunuhan yang dilakukan Richard dan Smith.

Dia datang ke Kansas untuk melakukan riset dengan mengawal kasus ini.

Beberapa teman korban, dan aparat penegak hukum didekati untuk mendapatkan data.

Demi akurasi risetnya, Capote rutin datang ke penjara menemui Richard dan Smith.

Capote dikabarkan menyuap polisi agar memungkinkannya menemui dua narapidana ini.

Catatan hasil penyelidikan pun dipinjam dari seorang pegawai pengadilan, Alvin Dewey.

Dia juga membujuk Richard dan Smith agar meminjamkan buku diarynya.

Setelah enam tahun melakukan riset, terbitlah novel non-fiksi berjudul 'In Cold Blood'.

Membaca kisah yang ditulis Capote membawa pembaca hadir dalam peristiwa sesungguhnya.

Banyak informasi digambarkan secara detail, terutama terkait Richard dan Smith.

Karya Capote ini menjadi awal lahirnya era ‘jurnalisme baru’.

Era ini memisahkan jurnalisme konvensional yang menyajikan berita apa adanya.

Masuknya era jurnalisme baru ini, reportase dikerjakan secara mendalam dengan gaya penulisan tidak membosankan.

Terutama menggambarkan situasi dan kondisi saat kejadian.

Selain itu, jurnalis era baru juga berusaha mendalami psikologi pelaku dan mengungkapkan alasan melakukan perbuatan itu.

Comments