Wartawan Bajakan = VCD Bajakan

Tidak banyak orang yang bersedia menjadi wartawan.

Mahasiswa jurusan jurnalistik pun belum tentu menjadi wartawan.

Di antara teman-temanku sesama wartawan, sangat sedikit yang memiliki background ilmu komunikasi atau jurnalistik.

Mayoritas berasal dari non ilmu komunikasi atau jurnalistik.

Selama menjadi wartawan, aku sering bertemu dengan mahasiswa ilmu komunikasi atau jurnalistik yang magang.

Awalnya mereka bisa menikmati profesi wartawan.

Apalagi banyak fasilitas gratis yang bisa diperolehnya.

Menyaksikan pertandingan sepak bola tanpa perlu mengeluarkan uang, banyak kenalan pejabat, dan sebagainya.

Satu atau dua pekan masih terasa nikmatnya.

Apalagi mahasiswa magang ini masih didampingi seniornya.

Tapi itu tidak berlangsung lama.

Menjelang berakhirnya masa magang, mereka baru bisa merasakan susahnya menjadi wartawan.

Bosan menunggu narasumber, lelah melakoni perjalanan, mengetik berita dalam keadaan lelah, berangkat dan pulang kerja yang tidak mengenal waktu, dan sebagainya.

Semakin mendekati berakhirnya masa magang, sejumlah perusahaan langsung menyodorkan draft kontrak kepada mahasiswa magang.

Mayoritas mahasiswa itu tidak mau menerima tawaran perusahaan.

Beragam alasan dikemukakan mahasiswa magang menolak tawaran itu.

Alasan yang paling sering kudengar adalah fokus menyelesaikan studi atau dilarang bekerja dulu oleh orang tuanya.

Sebagaian kecil mahasiswa magang menerima tawaran itu.

Konsekwensinya, mereka tidak mudah menyelesaikan skripsinya.

Melakoni dua bidang dalam waktu bersamaan hampir mustahil.

Mereka tidak memiliki waktu untuk membuka buku atau menyalakan laptop untuk mengerjakan skripsi.

Rasa lelah setelah liputan membuat mahasiswa memilih langsung tidur.

Mereka harus mengurangi rasa lelah untuk pekerjaan pada keesokan harinya.

Sikap pragmatis perusahaan merekrut mahasiswa magang pun sangat logis.

Sulit mendapat wartawan pada jaman serba pragmatis ini.

Memang setiap perusahaan media membuka lowongan wartawan, banyak yang tertarik.

Setelah beberapa hari di lapangan, hanya sedikit yang masih bertahan.

Wartawan baru itu pun hanya perlu menunggu waktu untuk menyusul teman-temannya menikmati dunia serba pragmatis.

Sulit mendapat wartawan baru, perusahaan media pun mengambil sikap pragmatis lain.

Wartawan dari media lain harus dibajak atau direkrut.

Perusahaan media pun diuntungkan merekrut wartawan berpengalaman ini.

Perusahaan media tidak perlu mengajari cara mencari berita, mencari angle berita, atau menulis berita.

Jadi, begitu wartawan ini diterima, perusahaan media bisa langsung menggunakan tenaganya untuk menutupi kekurangannya.

Beragam cara dilakukan perusahaan media agar bisa mendapat wartawan bajakan ini.

Gaji lebih tinggi, fasilitas kerja, kemudahan kerja, dan sebagainya.

Biasanya masalah gaji di perusahaan sebelumnya yang ditanya dalam wawancara pertama.

Perusahaan selalu menganggap masalah gaji menjadi faktor utama menerima pegawai.

Selama berada di dunia jurnalistik, aku beberapa kali mendapat tawaran dari perusahaan media.

Saat masih di NusaBali, aku sempat mendapat tawaran dari Radar Bali.

Aku memang sempat datang ke Radar Bali, dan gagal bergabung.

Selama di Malang, aku dua kali mendapat tawaran dari perusahaan media lokal.

Aku menolak dua tawaran ini dan memilih tetap di perusahaanku sekarang.

Padahal berbagai tawaran menggiurkan sempat kudengar bila aku bersedia keluar dari perusahaanku sekarang.

Tadi pagi aku mendapat pesan singkat melalui Blackberry Messenger (BBM) dari temanku.

"Kalau jadi dibajak, berarti kamu wartawan bajakan. Seperti VCD bajakan, bisa macet".

Setiap perusahaan memiliki kultur, dan visi-misi yang berbeda.

Untuk mengetahui kultur dan misi-visi itu, kita  harus masuk di dalamnya.

Tapi bukan berarti kita harus masuk dalam sistem yang berlaku di dalam perusahaan.

Dialog dengan pegawai perusahaan sudah cukup untuk mengetahui kultur dan visi-misinya.

Sering pindah perusahaan membuat kita kaya pengalaman.

Kita bisa mengetahui kultur dan visi-misi perusahaan yang berbeda.

Kita pun bisa membedakan kultur dan visi-misi yang sehat atau tidak.

Tapi, sering pindah perusahaan juga tidak sehat untuk perkembangan mental.

Kita harus selalu beradaptasi dengan suasana kerja yang berbeda.

Di sisi lain, kita tidak dapat mengetahui kultur dan visi-misi perusahaan secara utuh.

Setiap perusahaan ada sisi baik dan buruknya.

Biasanya karyawan yang memilih mengundurkan diri karena tidak cocok dengan sisi buruknya.

Mereka menganggap perusahaan lain lebih baik dibandingkan perusahaa tempatnya bekerja sekarang.

Keluar dari perusahaan dan bergabung dengan perusahaan lain dianggap solusi terbaik.

Padahal perusahaan barunya belum tentu lebih baik dibandingkan perusahaan sebelumnya.

Ketika sudah mengetahui sisi buruk perusahaan barunya, mereka tidak bisa kembali ke perusahaan lamanya.

Hanya menyesal yang bisa dilakukan.

Selain itu, sering pindah juga tidak pernah menjadi senior.

Perusahaan baru pasti menempatkan karyawan pindahan itu di posisi terendah.

Karyawan lain pun menganggap karyawan pindahan itu sebagai juniornya.

Meskipun sebelumnya menjadi mitra atau senior, ketika masuk di perusahaan yang sama, teman bisa bisa seniornya.

Memang bisa saja perusahaan baru menawarkan gaji dan fasilitas lebih baik dibandingkan perusahaan sebelumnya.

Tapi gaji dan fasilitas ini sesuai dengan beban kerja yang dilakukan.

Bila gaji dan fasilitas di perusahaan sebelumnya bila kecil, bisa jadi itu karena beban kerjanya juga lebih kecil.

Sedangkan gaji dan fasilitas di perusahaan baru lebih besar karena beban kerjanya lebih besar.

Mencari kerja tidak hanya berbicara soal besar-kecilnya gaji dan fasilitas.

Kekurangan gaji dan fasilitas bisa ditutupi dengan mencari pemasukan dari sektor lain, membangun bisnis kecil-kecilan misalnya.

Atau istri membuka bisnis di rumah untuk membantu perekonomian keluarga.

Yang dibutuhkan dalam bekerja adalah suasana kerja yang nyaman dan kondusif.

Bila gaji atau fasilitas boleh besar tapi suasana bekerja tidak nyaman, karyawan pasti akan keluar-masuk.

Sebaliknya, karyawan bisa lebih tahan lama bila suasana kerja nyaman meskipun gaji dan fasilitasnya lebih kecil.

Comments