Kebahagiaan Perkawinan

Aku harus pulang lebih cepat dibandingkan biasanya.

Aku sudah tiba di rumah sekitar pukul 17.30 WIB.

biasanya aku baru tiba di rumah sekitar pukul 20.00 WIB.

Bahkan kadang aku harus pulang sekitar pukul 00.00 WIB.

Aku pulang lebih cepat karena ada undangan akikah dari tetanggaku.

Undangan lisan ini sudah diberitahukan sebelum saya berangkat kerja.

“Tidak usah pakai undangan. cukup pemberitahuan saja,” kata tetanggaku.

Aku pun menjawab dengan anggukan.

Aku pun berusaha agar bisa pulang lebih cepat dari biasanya.

Meskipun ada agenda liputan, terpaksa aku tinggalkan.

Aku tidak enak bila tidak memenuhi undangan tetanggaku itu. 

Rumahnya hanya sekitar 50 meter dari rumahku.

Itu adalah tetangga terdekatku.

Sebab, rumahku berada di tengah areal persawahan, dan tidak ada rumah di depan, belakang, atau samping rumahku.

Rumah tetanggaku itu adalah rumah pertama setelah rumahku sebelum masuk dusun.

Semua tetangga sudah datang saat aku masuk rumahnya.

Tetanggaku sudah masuk di dalam rumah.

Sedangkan aku hanya duduk di teras rumah.

Suara santri membacakan Maulid Dibaiyah disertai tabuhan terbang Al Banjari.

Di sela pembacaaan maulid dibaiyah, tuan rumah memberi sambutan.

Dia minta kepada para tetangga agar segera mendapat anak.

Para tetangga pun mengamininya.

Dia sudah menikah sejak 2007 lalu.

Selama itu pula dia belum mendapat karunia anak.

Aku tak tahu tetanggaku itu memiliki berapa saudara.

Yang aku tahu hanya latar belakang istrinya.

Istrinya masih ada saudara denganku.

Istrinya adalah anak tunggal.

Orang tuanya sering heran dengan tidak adanya keturunan dari anak tunggalnya.

Sang anak dan suaminya sudah beberapa kali disarankan agar periksa kesehatan.

Pasangan ini mengklaim dokter tidak menemukan kejanggalan di rahim atau sel telur.

Bukan hanya tetanggaku itu yang mendambakan momongan.

Banyak pasangan yang belum mendapat momongan setelah menikah beberapa tahun.

Ada pula adik keponakanku yang menikah sejak 2001 lalu.

Sampai sekarang dia belum mendapat momongan.

Adik keponakanku sudah memeriksa di dokter kandungan.

Katanya tidak ada kendala dengan rahim maupun sel telurnya.

Tapi, suaminya tidak mau ikut memeriksa meskipun sudah dipaksa oleh istrinya.

Pasangan ini memilih saran orang kuno, yaitu memungut anak.

Anak ini didapat dari sebuah rumah sakit bersalin.

Ibu si anak tidak mampu membayar biaya persalinan.

Sang ibu memberikan bayinya kepada orang yang bersedia membayar biaya persalinan.

Keponakanku itu langsung membayarnya, dan membawa pulang anak pungutnya.

Setelah tujuh tahun mengadopsi anak, pasangan ini juga belum diberi momongan.

Mereka sering bertanya apa yang salah dengan kehidupannya.

Dia tidak berniat menambah anak pungut lagi.

Dia memilih menunggu kepercayaan menjadi orang tua dari anak kandungnya sendiri.

Tujuan perkawinan adalah mendapat keturunan sah dan diakui agama dan negara.

Pasangan yang belum memiliki momongan akan melakukan berbagai acara agar mendapat momongan.

Ada tradisi anak pancingan di Jawa , yaitu mengadopsi anak dengan harapan bisa mendapat momongan.

Ada pula pasangan yang memilih program bayi tabung agar mendapat momongan.

Pasangan suami istri pasti ingin menimang momongan.

Tapi, momongan ini tidak harus dari hasil perkawinannya.

Pasangan lesbian dan homoseksual tidak mungkin bisa mendapat momongan.

Pasangan lesbian dan homoseksual biasanya mengadopsi anak.

Anak adopsi yang akan tercantum dalam susunan pewarisnya.

Pasangan abnormal tidak hanya dengan sesama manusia.

Dalam sejarah manusia, ada manusia yang jatuh cinta dan menikah dengan benda mati.

Nene Agasaki menikah dengan tokoh animasi game Nintendo DS, Love Plus.

Eijja Riitta Berliner Mauer menikah dengan Tembok Berlin.

Erika La Tour Eiffel menikah dengan menara Eiffel.

Begitu pula Liu Ye menikahi dirinya sendiri secara narsistik.

Dari beberapa kasus ini, tujuan perkawinan bukan hanya mendapat momongan secara legal dan sah.

Kebahagiaan menjadi alasan utama terjadinya perkawinan.

Momongan bisa didapat berbagai cara, termasuk membungut anak.

Bahkan orang yang tidak menikah pun bisa mendapat momongan.

Tapi, kebahagiaan tidak bisa dinilai dengan berbagai ukuran, termasuk kehadiran manusia lain.

Kebahagiaan bisa didapat dengan lebih dekat pada sesuatu yang dicintai.

Comments