Ekspresi di Dunia Maya

Menciptakan sesuatu yang lebih mudah daripada mempertahankan.

Adagium ini sering terdengar di setiap kegiatan politik.

Ya, politik memang butuh konsistensi.

Tanpa adanya konsistensi, sebuah pesta atau kegiatan akan segera tumbang.

Bukan hanya aktivitas di partai yang membutuhkan konsistensi.

Segala hal harus dilakukan dengan konsistensi. Termasuk menulis di blog.

Semakin lama semakin banyak blog yang sudah ditinggalkan pemiliknya.

Akun facebook dan twitter pun banyak yang ditinggalkan.

Barang yang ditinggalkan di dunia maya ini seakan menjadi bangkai kapal yang belum terangkat ke permukaan.

Bagi sebagaian orang, blog adalah suatu kebanggaan.

Seseorang bisa menampilkan eksitensinya di dunia maya.

Orang yang biasa menulis akan memiliki banyak ruang untuk berekspresi.

Berbeda dengan buku konvensional atau buku diari, dunia maya tidak terbatas ruang dan waktu.

Berapapun banyak data yang dimasukkan, dunia maya masih bisa menampungnya.

Begitu pula waktu untuk mengunduh dan menampilkan pun bisa dilakukan kapan saja.

Dunia maya memang bisa dieksplorasi dari manapun dan kapanpun.

Ketika mau mandi atau sebelum tidur, seseorang masih bisa mengungkapkan isi hati.

Seseorang hanya butuh waktu kurang dari semenit untuk menampilkan eksistensinya di facebook dan twitter.

Cara berekspresi di blog berbeda dengan berekspresi di media sosial.

Blog bukan sekedar berisi tulisan satu atau dua kalimat.

Blog juga bukan sekedar memajang foto narsis.

Blog harus bisa dinikmati dan berguna bagi orang lain.

Pembuat blog pun harus memiliki tanggung jawab dan etika sebagaimana media massa konvensional.

Sudah banyak kasus kriminalisasi akibat ekspresi di dunia maya.

Kasus yang sempat menarik perhatian publik adalah kasus Prita Mulyasari.

Karena mengekspresikan kekesalannya terhadap pelayanan di sebuah RS, Prita harus berurusan dengan hukum.

Ekspresi di facebook pun sering berakhir di penjara, seperti mengunggah foto asusila, dan sebagainya.

Comments