Aksi Potong Kuncir Sebagai Simbol Perlawanan Terhadap Dinasti Qing di China, 10 Oktober 1911

Kekalahan dengan Barat dan tidak cakapnya kaisar-kaisar terakhir Dinasti Qing membuat penduduk China semakin menderita.

Akhirnya muncul beberapa pemberontakan, di antaranya Zhongguo Dongmenghui yang didirikan Dr Sun Yat Sen atau Sun Zhongshan alias Sun Wen.

Setiap orang yang ingin masuk perkumpulan ini harus berikrar tentang empat hal:

Pertama, mengusir Bangsa Manchu;

Kedua, merebut kembali China untuk bangsa China;

Ketiga, mendirikan negara berbentuk republik; dan

Keempat, menyama-ratakan kepemilikan tanah.

Kaum revolusioner ini baru mulai melakukan pemberontakan terbuka pada tahun 1911.

Pemberontakan yang dipimpin Huang Xing ini menargetkan membunuh jenderal Bangsa Manchu.

Pemberontakan ini berhasil ditumpas.

72 anggota kam revolusioner terbunuh dan dihukum mati.

Hukuman mati terhadap pemberontak ini tidak menyurutkan semangat perlawanan Zhongguo Dongmenghui terhadap Bangsa Manchu.

Selama di bawah kekuasaan Dinasti Qing, orang China wajib memanjangkan kuncirnya.

Tapi kaum pemberontak memotong habis semua kuncirnya pada 10 Oktober 1911.

Pencukuran ini menandai perebutan Kota Wuchang oleh kaum pemberontak dengan menyerang istana raja muda.

Kota ini sudah berada di bawah kekuasaan kaum pemberontak sebelum fajar pagi menyingsing.

Sayangnya keberhasilan ini tidak disertai dengan kehadiran pimpinan Zhongguo Dongmenghui.

Dr Sun Yat Sen sedang berada di Amerika Serikat.

Pimpinan revolusioner lainnya, Zhen Qimei sedang berada di Shanghai.

Sedangkan Jenderal Huang Xing belum tiba di Kota Wuchang.

Akhirnya semua orang yang ikut dalam serangan itu mempercayakan tongkat kepemimpinan pada Li Yuanhong yang berpangkat kolonel.

Pemilihan ini dianggap sangat masuk akal karena Li dianggap memiliki pengalaman berinteraksi dengan luar negeri.

Keterlibatan Li dalam Perang Jepang-China menjadi bahan pertimbangan lain.

Pengangkatan ini dimanfaatkan Li dengan sebaik-baiknya.

Tidak lama setelah diangkat sebagai pimpinan kaum revolusioner, Li langsung mengeluarkan maklumat penting: pemerintahan revolusioner telah terbentuk dan Dinasti Qing telah runtuh.

Li langsung menghubungi duta asing di China dan menegaskan pemerintahannya menghormati perjanjian yang dibuat dengan dinasti sebelumnya.

Penegasan ini dengan syarat bangsa asing harus menghentikan semua bantuan pada Dinasti Qing.

Gudang senjata milik Dinasti Qing di Hanyang jatuh ke tangan kaum revolusioner dua hari kemudian.

Pengumuman keruntuhan Dinasti Qing mendatangkan simpati dari provinsi lainnya.

Dari 18 provinsi yang ada, hanya dua provinsi yang masih mendukung Dinasti Qing, yaitu Henan dan Zhili.

Sedangkan 16 provinsi lain menyatakan bergabung dengan kaum revolusioner.

Comments