Rapat Raksasa Penuh Ketakutan dan Kekhawatiran di Lapangan Ikada, 19 Februari 1945

Indonesia baru sebulan memprolamirkan kemerdekaan.

Belum banyak negara yang mengakui kemerdekaan Indonesia.

Apalagi Belanda dan sekutu tidak ingin Indonesia merdeka.

Sejumlah negara menduga hanya segelintir elit politik Indonesia yang ingin kemerdekaan.

Artinya, rakyat Indonesia belum atau tidak mau adanya kemerdekaan.

Organisasi Commite van Actie berniat menggelar peringatan satu bulan Proklamasi Kemerdekaan untuk menjawab pernyataan ini.

Organisasi yang bermarkas di Menteng 31 Jakarta ini akan menggelar acara peringatan di Lapangan Ikatan Atletik Djakarta (Ikada) pada 17 September 1945.

Wali Kota Jakarta Raya, Soewirjo, dan Ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) Jakarta Raya, Mr Mohammad Roem mendukung gagasan ini.

Tapi, pemerintah pusat tidak merestui rencana ini.

Pemerintah khawatir ada bentrokan fisik antara bangsa Indonesia dengan tentara Jepang.

Apalagi ada larangan berkumpul lebih dari lima orang.

Kekhawatiran itu membuat panitia mengubah jadwal rapat raksasa menjadi 19 September 1945.

Tapi, beberapa elit politik Indonesia masih belum merestui rapat raksasa ini.

Sehari menjelang rapat, Menteri Luar Negeri RI, Achmad Soebarjo minta para pemuda membatal rapat raksasa tersebut.

Bahkan Presiden RI, Soekarno khawatir datang ke Lapangan Ikada.

Para pemuda memberi tahu Soekarno bahwa Mohammad Hatta bersedia datang.

Akhirnya Soekarno berjanji akan datang ke Lapangan Ikada.

Padahal saat itu para pemuda belum mendapat kepastian kedatangan Bung Hatta.

Tentara Jepang sudah bersiaga di sekitar Lapangan Ikada pada 19 September 1945 pagi.

Tank dan kendaraan lapis baja bersiaga di setiap pojok lapangan.

Tentara bersenjata bayonet dan senapan bersiaga.

Rakyat tetap datang ke Lapangan Ikada.

Sekitar 200.000 orang sudah berkumpul di Lapangan Ikada tepat tengah hari.

Soekarno, Bung Hatta, dan rombongan tiba di Lapangan Ikada sekitar pukul 16.00 WIB.

Tentara Jepang sempat menghalangi Soekarno naik mimbar untuk memberi sambutan.

Para pemuda segera mengawal sampai Soekarno berhasil naik podium.

Dari atas podium, Soekarno minta rakyat percaya kepada pemerintah dalam mengawal Proklamasi.

Soekarno hanya pidato selama lima menit.

Tapi kehadiran Soekarno memberi makna penting.

Rapat ini berhasil mempertemukan rakyat dengan pemerintahnya.

Rapat ini juga sebagai bukti kewibawaan pemerintah di hadapan rakyat.

Comments