Tak Terasa Sudah Tua
Aku lebih senang
mengamati keriput di punggung tangan daripada di bagian tubuh lainnya, seperti kening
atau leher.
Setiap kali mengamati keriput di punggung tangannya, aku selalu
berpikir, "Tangan inilah yang membesarkan aku. Tangan ini pula yang menyebabkan
aku bisa makan, dan mencuci lubang anusku saat aku masih kecil".
Tidak terasa
sudah 30 tahun aku menghirup udara di dunia.
Sudah banyak kulupakan apa saja
yang sudah terjadi selama 30 tahun hidup di dunia ini.
Bayangan masa lalu
samar-samar mampir di otakku.
Tapi aku tidak ingat pasti kapan kejadian itu terjadi.
Hanya sebagaian kecil memori yang bisa aku ingat.
Itu pun tidak sedetail saat
kejadiannya baru saja terjadi.
Sejak dulu aku
selalu mendambakan hidupku berguna bagi orang lain.
Alasan ini memang klasik.
Mayoritas
orang pasti memiliki ambisi yang sama ketika ditanya cita-citanya.
Bahkan cita-cita
seperti menjadi polisi, agamawan, dan sebagainya pun berdasar keinginan berguna
bagi orang lain.
Tapi aku tidak mau menjadi polisi, militer, agamawan, atau politisi
untuk mewujudkan ambisiku.
Di usiaku yang
sudah 30 tahun ini, aku menyadari masih belum bisa mewujudkan ambisiku.
Ambisi itu
baru ada di dalam doaku.
Aku tidak tahu ambisi itu bakal terealisasi atau tidak.
Sekalipun bisa terealisasi, aku tidak tahu berapa tahun lagi bakal terwujud.
Yang
jelas aku berharap bisa memenuhi ambisi itu sebelum ajal menjemput.
Aku tidak mempermasalah bila ambisi itu tidak
terwujud sampai ajal menjemput.
Aku hanya perlu mempersiapkan anak-anakku bisa
mewujudkan ambisi itu.
Meskipun tidak semua anak-anakku bisa memenuhinya,
minimal ada satu orang yang bisa mewujudkannya.
Comments
Post a Comment