Melupakan Hak Tubuh

Dokter pasti menyarankan istirahat pada orang sakit.

Tidur cukup adalah diantara obat alami untuk memulihkan kondisi.

Tubuh terlalu lelah akibat padatnya aktivitas.

Begitu pula otak yang harus terkuras dengan aktivitas sehari-hari.

Orang sakit pun disarankan mengistirahatkan seluruh tubuhnya, termasuk otak.

Istirahat orang sakit identik dengan berselimut.

Aku pun  selalu berselimut saat merasakan sakit.

Dalam kondisi tidur berselimut inilah aku selalu teringat turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW.

Yaa ayyuhal mudastir (hai orang yang berselimut).

Saat menerima wahyu kedua ini, Nabi memang dalam kondisi sakit.

Badannya demam tinggi, dan menggigil.

Keluarga pasti akan menunggu di samping orang sakit.

Kehadiran keluarga bisa membantu pemenuhan kebutuhan orang sakit.

Pergi ke kamar mandi, mengambil atau memebeli obat, makan, dan sebagainya.

Tanpa adanya orang lain, penderita seakan tak bisa berbuat apa-apa.

Bahkan dokter pun cenderung memerintahkan keluarga selalu berada di samping penderita.

Apapun keinginan penderita harus dipenuhi.

Tentunya keinginan penderita harus disesuaikan saran dokter.

Aku justru lebih senang sebaliknya.

Saat badan terasa sakit, aku lebih senang tidur di kamar sendiri.

Aku ingin merasakan kesendirian.

Kehadiran orang lain justru akan menganggu istirahat otakku.

Resikonya, semua harus dilakukan sendiri.

Ke kamar mandi, memenuhi kebutuhan makan, mengambil obat, dan tentunya tidak ada teman untuk berbicara.

Dengan melakukan aktivitas-aktivitas itu, ototku tidak berhenti total.

Untuk menghilangkan kejenuhan, aku bisa menyalurkan hobiku.

Aku bisa membaca buku atau menuis sepuasnya.

Aktivitas ini tentu tidak bisa aku lakukan dalam kondisi ada orang lain.

Apalagi bila ada anggota keluarga jauh yang hadir.

Mereka pasti akan mengajak bicara.

Aku pun harus menanggapi pembicaraan itu, meskipun aku tidak menginginkan.

Kadang aku merindukan datangnya sakit.

Saat tubuh sehat, aku masih bisa menjadi orang sombong.

Semua aktivitas bisa aku lakukan.

Bahkan aku sering merasa bisa melakukan segala aktivitas yang tidak bisa dilakukan orang lain.

Aku bisa keliling Malang Raya sampai badanku benar-benar capek.

Datangnya sakit bisa menumbuhkan kesadaran bahwa sebenarnya tubuh ini sangat rapuh.

Tidak ada lagi kesombongan sebagaimana saat aku sehat.

Yang terasa hanya rasa sakit dan ingin istirahat.

Padahal dalam kondisi sehat, aku sering mengabaikan istirahat.

Aku sering tidur hanya empat atau lima jam sehari.

Tapi saat sehat, aku bisa memanjakan tubuhnya dengan istirahat.

Aku sering mengabaikan hak tubuh untuk istirahat.

Aktivitas selama sehat kadang membuat aku tidak menyadari bahwa tubuh juga memiliki hak.

Datangnya sakit sebagai pertanda bahwa tubuh memiliki hak untuk dipenuhi.

Selain hak untuk dipenuhi nutrisi dan vitamin, tubuh juga butuh istirahat.

Comments