Kencan di Kafe Islami

Aku membuat tulisan ini pada pukul 19.23 WIB di Wisata Kuliner.

Suasana di tempat aku biasa nongkrong pada malam hari ini tidak berbeda dengan sebelumnya.

Hanya lantuman musik yang berbeda dengan suasana biasanya.

Kali ini pengunjung kafe diperdengarkan musik bernuansa Islami.

Musik Islami memang biasa terdengar saat aku tiba sekitar pukul 18.00 WIB.

Pengelola kafe langsung mengganti dengan tayangan televisi melalui layar lebar pada pukul 18.30 WIB atau 19.00 WIB.

Acara yang ditayangkan pun jauh dari kata Islami.

Biasanya pengelola kafe mempertontokan Trans 7.

Acara Hitam Putih menjadi suguhan pertama saat layar lebar menyala.

Setelah itu dilanjutkan acara Hot Spot.

Melihat dari penampilannya, aku menduga mayoritas pengunjung adalah mahasiswa Universitas Brawijaya (UB).

Mereka tidak mengenakan jilbab.

Kalau mahasiswa Universitas Islam Negeri Malang (UIN) Malang pasti mengenakan jilbab.

Sebagaian pengunjung memang mengenakan jilbab.

Mungkin saja sebagaian pengunjung ada yang mahasiswa UIN atau Universitas Islam Malang (Unisma).

Aktivitas kuliah di UIN dan UB sudah libur.

Sedangkan ujian di Unisma biasanya lebih lambat daripada UB dan UIN.

Tapi, para mahasiswa ini tidak pulang kampung.

Kedatangan mereka ke kafe pun layaknya sedang mengerjakan tugas.

Sebagaian membuka laptop, sebagaian lain terlihat diskusi dengan rekannya.

Tapi ada pula yang hanya datang berdua dengan kekasihnya.

Tidak jauh dari tempatku duduk, sepasang kekasih sedang membuka laptop.

Si pria konsentrasi di depan laptopnya.

Si cewek juga konsentrasi di depan laptopnya.

Sesekali mereka berbincang.

Entah apa yang dibicarakan.

Jaraknya sekitar enam meter dari tempat dudukku.

Aku tidak mendengar pembicaraannya.

Hampir setiap hari pemandangan ini terlihat.

Bahkan kadang pemandangan lebih vulgar terlihat.

Sepasang kekasih bermesraan di tengah kafe.

Memang perbuatannya tidak terlalu vulgar.

Si cowok rebahan di paha cewek.

Atau sepasang kekasih ini saling berpegangan tangan sambil ditaruh di bagian perut.

Meski tidak terlalu vulgar, pemandangan seperti ini tidak seharusnya dipamerkan di depan publik.

Aku memang pernah merasakan nikmatnya pacaran.

Tapi pacaran tidak perlu diumbar dengan romantisme vulgar.

Tanpa mengumbar romantisme, teman-teman pasti sudah tahu bahwa mereka adalah sepasang kekasih.

Kalau memang ingin menikmati suasana romantis berdua, lebih baik mencari tempat non-publik.

Aku heran dengan para mahasiswa ini.

Biasanya puasa hari pertama identik dengan sahur, berbuka, atau tarawih bersama keluarga.

Tapi para mahasiswa ini lebih menikmati puasa bersama kekasihnya di Malang.

Aku teringat pepatah soal perbedaan kasih sayang ibu dan kekasih.

Ibu menunjukan kasih sayangnya dengan membebaskan anak bergaul dengan siapapun.

Menurut ibu, pemberian kebebasan ini untuk menumbuhkan kedewasaan anak.

Sebaliknya, kasih sayang kekasih ditunjukkan dengan membatasi gerak orang yang dikasihaninya.

Bahkan kadang kekasih melarang orang yang dikasihaninya berhubungan dengan keluarganya.

Comments