Menikmati Kopi di Warung Kopi
Setiap
hari aku selalu duduk di warung kopi di Dinoyo, Kota Malang.
Biasanya aku tiba sekitar
pukul 10.00 WIB.
Kadang aku menjadi pengunjung pertama yang datang.
Tidak jarang sudah ada penghuni
lain yang datang lebih awal.
Bagi
sebagaian orang, menikmati kopi bisa dilakukan di rumah.
Meluangkan waktu
bersama anak dan istri sambil menikmati kopi terasa sangat nikmat.
Apalagi seharian
kita menghabiskan waktu di luar rumah.
Dengan menikmati kopi di rumah, kita bisa
membangun suasana keakraban bersama orang-orang yang dicintai.
Sejak
duduk di bangku kuliah, aku kurang bisa menikmati minum kopi di rumah.
Anggota keluargaku
memang sering membuat minuman hangat.
Hanya aku yang tidak pernah melakukannya.
Aku lebih senang menikmati kopi di warung kopi.
Bagi
teman-teman kuliahku dulu, warung kopi seperti kampus pertama.
Mereka bisa mendapat beragam ilmu dan
pengetahuan di warung kopi.
Bahkan ilmu yang tidak diajarkan di
bangku kuliah pun bisa ditemukan di warung kopi.
Makanya saat kuliah dulu, aku
lebih senang keliling mencari warung kopi.
Suasana
warung yang sekarang aku tongkrongi berbeda
dengan suasana saat aku kuliah dulu.
Tidak ada diskusi dengan kondisi negara, diskusi
politik sampai agama, dan pembicaraan bermanfaat lainnya.
Setiap orang yang
duduk sendiri menghadap laptop masing-masing.
Sekalipun mereka datang bersama
temannya, jarang ada komunikasi.
Aku
tidak tahu apa yang mereka buka di laptopnya.
Sesekali pengunjung warung kopi
berbincang dengan rekannya.
Itu pun tidak lebih dari semenit.
Setelah pembicaraannya
selesai, mereka kembali konsentrasi menghadap laptopnya.
Sama-sama
menikmati kopi di warung kopi, suasana di kampungku sangat berbeda.
Tidak ada pengunjung
membawa laptop.
Mereka datang dengan pakaian sekedarnya.
Tidak jarang mereka langsung
ke warung kopi setelah turun dari musala atau tahlilan.
Warung
kopi di kampung lebih hidup.
Setiap pengunjung pasti mengeluarkan suara.
Sesekali
terdengar tawa bersamaan.
Topik pembicaraannya pun beragam, mulai persiapan
panen sampai suasana kampung.
Kadang mereka juga berbincang soal kondisi
politik.
Tentunya kondisi politik yang dibicarakan berkaitan dengan kehidupannya.
Rencana kenaikan harga BBM, tarif listrik, atau kebutuhan hidupnya.
Artinya pembicaraan
berkutat soal kebutuhan hidup atau sesuatu yang dekat dengan mereka.
Manusia
memang butuh hidup.
Suasana di warung kopi tempatku nongkrong sekarang adalah bagian dari upaya bertahan hidup.
Mereka yang
mayoritas mahasiswa atau pelajar harus bergelut dengan tugas.
Tidak mengerjakan
tugas sama saja dengan mengakhiri hidupnya.
Apalagi orang tua menuntut mereka agar cepat menyelesaikan kuliah.
Sebaliknya,
perbincangan di warung kopi kampung juga bagian dari bertahan hidup.
Pengunjung
kopi membicarakan kebutuhannya agar bisa bertahan hidup.
Tapi ada perbedaan upaya dari dua pembicaraan di
warung kopi.
Mahasiswa atau pelajar datang ke warung kopi untuk menyelesaikan
atau mencari solusi.
Tapi pengunjung kopi di warung kampung hanya berbicara
atau ngerasani.
Bukan berarti mereka
tidak mau berupaya menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Mereka hanya tidak
tahu jalan bagaimana mencari solusi.
Akhirnya mereka hanya berkata "Itu tugas
pemerintah untuk menyelesaikannya".
Comments
Post a Comment