Jalan Panjang Menuju Pernikahan di Lebak (7) - Melawan Bujukan Tukang Ojek

Sentuhan kakak ipar membangunkanku dari tidur.

Samar-samar aku mendengar suara, "Serang persiapan".

Suara itu berasal dari kondektur.

Dia memberi tahu penumpang bahwa sebentar lagi akan tiba di Serang.

Jadi, penumpang yang akan turun di Serang harus segera mempersiapkan diri.


Aku dan kakak ipar pun segera persiapan turun.

Begitu bus berhenti, sejumlah tukang ojek menghampiri penumpang yang turun.

Kakak ipar sempat tertegun.

Dia mengira bus berhenti di Terminal Pakupatan. Ternyata bus berhenti di pinggir jalan.

Kakak ipar terlihat kebingungan saat turun dari bus.

Sebelum kebingungannya hilang, konsentrasinya semakin buyar saat sejumlah tukang menghampiri dan menawarkan jasa.

"Ke terminal," kata kakak ipar singkat.

Ada satu tukang ojek yang ngotot ingin mengantar ke terminal.

Dia tidak menyebutkan tarif menuju terminal.

Untuk menenangkan pikiran, kuajak kakak ipar untuk mencari warung.

Selain itu, perutku perlu diisi.

Maklum, aku makan terakhir pada pukul 22.00 WIB.

Berarti perutku tidak terisi makanan lebih dari 12 jam.

Sambil makan, aku bertanya kepada pemilik soal angkutan menuju terminal.

"Kalau naik angkutan, biayanya Rp 5.000. Kalau naik ojek, biayanya Rp 10.000," kata pemilik warung.


Kakak ipar mencari pembanding dengan membuka aplikasi ojek online.

Sesuai aplikasi itu, tarif ojek online dari titik pemberhentian sampai Terminal Pakupatan sebesar Rp 7.000.

Sambil menikmati menu makanan, sesekali kulihat ke arah pangkalan ojek.

Ternyata tukang ojek tadi masih menunggu aku dan kakak iparkmu.

Makanya begitu kakak ipar bersiap membayar makanan, tukang ojek itu kembali mendekat.

Tanpa basa-basi, dia bersiap mau membantu mengangkat barang-barangku.

"Tidak, pak. Mau naik angkutan saja," kataku kepada tukang ojek itu.

Aku dan kakak ipar langsung menuju tempat pemberhentian angkutan.

Kulihat tukang ojek itu sedikit kecewa.

Aku tidak berniat mengecewakan tukang ojek itu.

Aku masih trauma kena palak tukang ojek di Bandara Sukarno Hatta beberapa tahun lalu.

Ternyata perjalanan dari warung menuju Terminal hanya butuh waktu sekitar 10 menit.

Kakak ipar langsung menyodorkan uang sesuai tarif ke sopir angkutan.

"Setelah ini kita naik bus tujuan Cikotok," kata kakak iparku.

Tidak sulit mencari bus tujuan Cikotok di Terminal Pakupatan.

Banyak kondektur teriak menyebutkan tujuan bus di tempat keberangkatan.

Begitu ada kondektur yang teriak "Cikotok", aku dan kakak ipar segera mendekat.

Sebelum naik bus, kakak ipar memastikan dulu tidak salah bus.

"Mau ke Pantai Sawarna," kata kakak iparku ke kondetur.

Kondektur pun memastikan bus tersebut mau ke Pantai Sawarna.

Aku dan kakak ipar segera naik bus.

Bus Damri yang kutumpangi ini tidak berbeda jauh dengan Bus Damri di Surabaya.


Perbedaannya hanya dari segi ukuran yang lebih kecil dibandingkan Bus Damri di Surabaya dan sekitarnya.

Penumpang tidak terlalu banyak. Hanya ada sekitar enam penumpang yang sudah duduk di bangku.

Masih ada beberapa kursi yang belum terisi.

Kakak ipar menjelaskan bahwa nanti turun sebelum Pantai Sawarna.

Katanya, nanti terlihat pantai di kanan jalan.

Butuh waktu sekitar empat jam untuk sampai di rumah mempelai perempuan.

Itu berarti aku harus tidur selama perjalanan.

Comments