Dampingi Anak Mendapat Hak
Sebagaimana orang dewasa, anak-anak juga memiliki hak.
Hak anak berbeda dengan hak orang dewasa.
Anak butuh pendampingan orang tuanya
untuk mendapat hak ini.
Sayangnya tidak sedikit orang tua yang mengabaikan
pendampingan terhadap anak untuk memperoleh hak-haknya.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah mengesahkan Konvensi
tentang Hak Anak pada 20 November 1989.
Baca juga : Anak dan Menantu Sama-sama Bangsat
Ada 45 pasal dalam konvensi ini. Diantara
hak anak yang tercantum dalam konvensi ini adalah hak mendapat perlakuan sama, hak
hidup dan berkembang, hak dihargai pendapatnya, dan sebagainya.
Hak anak mungkin tidak berlaku bagi kelompok fundamentalis.
Aku sempat mendengar bahwa hak anak adalah milik orang tua.
Karena menjadi hak
milik, anak tidak memiliki hak apapun.
Bahkan orang tua berhak membunuh anak
yang tidak diinginkan.
Terlepas dari pendapat di atas, anak juga memiliki hak
yang tidak tercantum dalam konvensi.
Anak berhak naik diatas ketinggian dan jatuh.
Orang tua pasti khawatir bila anaknya naik diatas ketinggian.
Biasanya orang
tua langsung memerintahkan anak segera turun.
Alasannya sepele: agar anak tidak
jatuh atau cedera.
Anak yang tidak pernah diatas ketinggian pasti tidak
akan pernah melihat ke bawah atau ke atas.
Atas adalah titik yang dianggap puncak
oleh seseorang.
Ketika berada di ketinggian, seseorang akan merasa lebih tinggi
dari orang lain.
Mereka akan menyadari bahwa memiliki kemampuan.
Minimal anak bisa
mengetahui bahwa dia bisa naik ke atas.
Orang yang di atas ketinggian juga memiliki pandangan
lebih luas.
Mereka bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang
lain.
Mereka hanya perlu memandang ke bawah agar bisa mengetahui sesuatu di
bawahnya.
Selain itu, mereka bisa melihat ke atas.
Jatuh sudah pasti menjadi resiko berada di atas
ketinggian.
Orang yang sudah pernah jatuh, pasti akan lebih menghargai sesuatu
yang telah dicapainya.
Hal ini berbeda bila orang itu tidak pernah berada di
atas.
Sesuatu yang diperolehnya bukan atas jerih payahnya, tapi pemberian orang
lain.
Akibatnya mereka akan menjadi penjilat dengan bersikap menyenangkan orang
yang telah memberi posisi tersebut.
Orang tua tidak perlu khawatir atau melarang anak yang
belajar memanjat ke ketinggian.
Anak cukup diberi tahu akibat setelah berada di
atas ketinggian.
Baca juga : Anakmu, Anak Kita
Artinya orang tua harus selalu berada disampingnya ketika anak
belajar naik ke ketinggian.
Jadi ketika anak bertindak tidak sesuai harapan,
orang tua bisa langsung memberi peringatan.
Selain itu, anak juga berhak hidup menjadi minoritas.
Dalam
kehidupan rumah tangga, anak berhak menyendiri atau berdiam diri di dalam
kamar.
Biasanya anak menyendiri setelah dimarahi orang tua atau orang lain.
Atau
anak sedang marah dengan saudara atau temannya akibat perbedaan sikap, perbuatan,
dan pendapat.
Selama menyendiri ini, anak berpikir soal sesuatu yang telah
dilakukannya.
Anak yang tidak pernah menjadi minoritas selalu
bersikap angkuh.
Mereka selalu menganggap perbuatannya mendapat dukungan dari
orang lain.
Mereka tidak pernah bagaimana rasanya bersikap atau mendapat
perlakuan berbeda.
Baca juga : Mereka yang Tidak Diinginkan
Dalam kehidupan nyata, tidak semua orang akan setuju dengan pendapat
atau perbuatan kita.
Lagi-lagi orang tua harus mendampingi anak yang sedang
dalam kondisi minoritas.
Beri arahan agar anak memahami esensi perbedaan sikap,
perbuatan, dan pendapat.
Tekankan pula perbedaan ini tidak dapat dihindari, dan
patut disyukuri.
Comments
Post a Comment