Tragedi Pesawat 981 McDonnell Douglas DC-10 3 di Angkasa Perancis, 3 Maret 1974
Tragedi pesawat milik Turkish Airlines, Inc di
Perancis pada 3 Maret 1974 menjadi pelajaran berharga bagi negara konsumen.
Biasanya
petunjuk penggunaan hanya mencantumkan bahasa negara produsen atau bahasa
Inggris sebagai bahasa inernasional.
Padahal bahasa lokal juga penting
dicantumkan untuk mengantisipasi bila ada kru atau pegawai yang tidak memahami
bahasa Inggris.
Dua tahun sebelum insiden, pesawat milik Turkish Airlines,
Inc sudah mendapat peringatan.
Saat pesawat berada di atas Winslow, Ontario
pada 1972, pintu bagasi belakang pesawat tiba-tiba terbuka.
Beruntung tidak
ada penumpang atau kru yang terhempas keluar.
Pilot pun berhasil mendaratkan pesawat
di Buffalo.
66 orang penumpang di dalam pesawat selamat tanpa cedera sedikitpun.
Agar kejadian serupa tidak terulang, pihak maskapai
memperbaiki kekurangan ini.
Semua kunci pintu di pesawat diganti dengan sistem
lebih aman.
Alat deteksi dipasang untuk mmengkonfirmasi bila kunci terpasang
dengan benar atau belum.
Alat deteksi ini akan memberitahukan kepada kru bila
kunci pintu belum terpasang secara aman.
Petunjuk berbahasa Inggris pun
dipasang di dekat pintu.
Pesawat 981 McDonnell Douglas DC-10
terbang dari Istambul dengan tujuan London pada 3 Maret 1974.
Dalam perjalanannya, pesawat akan berhenti
sejenak di Paris Orly Airport.
Sebanyak 346 penumpang berencana terbang menuju
London.
Para kru pun memastikan semua pintu tertutup
dengan rapat dan sesuai prosedur.
Seorang kru berkebangsaan Aljazair bertugas
menutup pintu.
Ironinya, kru itu tidak memahami petunjuk berbahasa Inggris yang
tertempel didekat pintu.
Kru ini hanya menutup pintu sebagaimana yang dilakukan
sebelumnya.
Tidak ada kru lain yang mengecek ulang pintu-pintu tersebut
tertutup secara benar atau tidak.
Setelah diperkirakan semua pintu tertutup rapat, pesawat
tinggal landas.
Tiba-tiba pintu bagian belakang meledak saat pesawat berada diatas Kota Meaux, Perancis.
Enam orang yang masih
terikat di kursi pesawat langsung terlempar keluar.
Enam orang ini masih
dalam keadaan sadar saat tubuhnya terlempar keluar pesawat.
Enam orang ini
menjadi korban pertama indisen paling menggerikan ini.
Sebelum penumpang lainnya menyadari yang terjadi, lantai pesawat terkoyak.
Kabel
pengendali pesawat pun terlempar keluar.
Para kru dan penumpang tidak bisa
berbuat banyak.
Pesawat masih tetap melaju dengan kecepatan 760 kilometer per
jam di atas ketinggian 3.800 meter dari permukaan laut.
Pilot dan co-pilot tetap berusaha menyelamatkan penumpang
yang masih di dalam pesawat.
Tapi usahanya tidak membuahkan hasil.
Dalam waktu 72
detik setelah terlepasnya pintu belakang, badan pesawat sudah mengantam tanah
di hutan Ermenonville.
Badan pesawat hancur dan berubah menjadi puing.
Upaya evakuasi pun dilakukan.
Tidak ada satu pun penumpang
yang ditemukan selamat.
Tim Evakuasi menemukan banyak bagian tubuh terpotong
dan terpisah dari jasad.
Sebagaian tubuh korban terpaksa disemayamkan tanpa
menunggu bagian tubuh lainnya.
Insiden ini termasuk kecelakaan pesawat yang menimbulkan
banyak korban jiwa.
Tapi kecelakaan di Perancis ini bukan kecelakaan yang
menimbulkan korban terbanyak.
Sampai saat ini, kecelakaan pesawat dengan korban
terbanyak terjadi di Spanyol pada 27 Maret 1977.
583 orang tewas akibat
tabrakan dua peawat
Boeing 747 bertabrakan di Bandar Udara Internasional Los Rodeos di Tenerife,
Kepulauan Canary, Spanyol.
Comments
Post a Comment