Tabrakan 2 Pesawat di Bandara Gran Canaria, Spanyol pada 27 Maret 1977
Teror bom terjadi di toko bunga yang tidak jauh dari Bandara Gran Canaria, Kepulauan
Canary, Spanyol pada 27 Maret 1977 pukul 01.15 waktu setempat.
Saat petugas
sibuk menyelidiki, terdengar teror bom susulan.
Untuk mengantisipasi terjadinya
bom susulan, seluruh penerbangan menuju Bandara Gran Canaria dialihkan menuju bandara
terdekat.
Lima pesawat dialihkan ke Bandara Los Rodeos (sekarang Bandara North Terenife).
Di antara pesawat yang dialihkan adalah pesawat Boeing 747-121 milik Pan Amerika
World Airways dari Bandara Internasional Los Angeles, Amerika Serikat.
Pesawat
Boeing 747-206B milik KLM Royal Dutch Airlines pun dialihkan dari Bandara Schiphol, Belanda.
Hasil investigasi di dekat Bandara Gran Canaria tidak menemukan apa-apa.
Ancaman
bom susulan tidak terbukti.
Bandara kembali dibuka, dan pesawat diperkenankan masuk
bandara.
Dua pesawat pun berniat meninggalkan Bandara Los Rodeos.
Pesawat KLM
nomor penerbangan 4805 membawa 234 penumbang dan 14 orang kru di bawah kendali Kapten
Victor Franklin Grubbs (1920-1995).
Sedangkan pesawat PanAm nomor penerbangan 1736
mengangkut 16 orang kru dan 380 penumpang di bawah kendali Kapten Jacob Veldhuyzen
van Zanten (1927-1977).
Victor berkomunikasi dengan petugas Air Traffic Controller (ATC) untuk persiapan
take off atau lepas landas.
"Kami
sekarang berada di titik take off," kata Victor.
Petugas ATC pun menjawab, "OK, stand
by for take off. We will call you".
Kata 'OK' inilah yang dianggap ambigu.
Bagi Victor, kata 'OK' berarti sudah
siap take off, melepas rem, dan
menuju landasan pacu (runway).
Padahal
kalimat ini berarti pesawat KLM bersiap take
off setelah ada pemberitahuan.
Sore itu kabut menyelimuti Bandara Los Rodeos.
Jarak pandang hanya sekitar
300 meter.
Jacob yang tidak mengetahui posisi pesawat KLM pun sedang menuju landasan
pacu.
Jacob menginformasikan kepada petugas ATC bahwa posisinya sedang menuju
landasan pacu.
Petugas ATC yang pandangannya terhalang kabut pun menjawab bahwa
landasan aman.
Victor baru menyadari keberadaan pesawat PanAm saat jarak kedua pesawat
berdekatan.
Dia tidak mungkin menghentikan pesawatnya.
Satu-satunya jalan
menghindari benturan adalah menerbangkan pesawat (climbing).
Tapi climbing yang
belum waktunya ini mengakibatkan percikan api di ekor pesawat.
PanAm berusaha membelokan
pesawat agar tidak terjadi benturan.
Tapi usaha dua pilot tidak membuahkan hasil.
KLM yang sudah terbang membentur
badan pesawat.
Satu mesin pesawat KLM jatuh akibat benturan ini.
Badan pesawat
KLM terjatuh setelah sempat terbang setinggi 150 meter.
Seluruh penumpang dan kru pesawat KLM tewas dalam insiden ini.
Sedangkan korban
tewas di pesawat PanAm sebanyak 335 orang.
61 orang lainnya hanya terluka dan
selamat dari maut.
Tabrakan ini menjadi insiden terburuk penerbangan di dunia.
Jumlah
korban paling banyak dibandingkan kecelakaan penerbangan lainnya.
Baca juga: Banyak Jalan Menuju Kematian
Versi lain menyebutkan penyebab tabrakan ini tidak hanya kesalahan membaca isyarat
atau kabut tebal.
Jacob dituding sebagai penyebab utama kecelakaan.
Dia tergesa-gesa
menerbangkan pesawat.
Diduga Jacob tidak mau pesawat PanAm terbang lebih dulu.
Bila
PanAm bisa terbang lebih dulu Jacob harus waktu penerbangan selanjutnya.
Kenyamanan
penumpang pasti akan terganggu, dan maskapainya akan bermasalah.
Comments
Post a Comment