Dari Doa 'Ya Allah, Berilah Aku Rezeki Berkah'

Sebut saja namanya Adi.

Dia termasuk orang yang beruntung.

Dia mendapat kesempatan menunaikan ibadah Umrah.

Dia tidak berangkat sendiri.

Dia juga tidak berangkat bersama keluarganya.

Tapi, dia berangkat bersama sejumlah wartawan.

Kami menyebut nama wartawan hukum, wartawan pengadilan, atau wartawan hukum dan kriminal (hukrim).

Penyebutan ini untuk menunjukkan pos atau desk liputan seperti berita pemerintahan, wartawan ekonomi, wartawan olahraga, dan sebagainya.

Adi tidak menyia-nyiakan kesempatan selamat berada di Tanah Suci.

Adi mengucap beragam doa yang mejadi keinginannya.

Di antara doanya adalah "Ya Allah, berilah aku rezeki yang berkah".

Sepulang dari umrah, semuanya berubah.

Adi menyebut kondisi ekonomi keluarganya berada di titik terendah.

Dia sering kekurangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dalam kondisi terjepit, dia harus menjual sejumlah barang berharga.

Dia mendapat barang berharga selama masih aktif di lapangan sebagai wartawan hukrim.

"Barang-barang itu hasil dari begal, copet, dan sejenisnya. Pokoknya barang-barang itu bukan dari cara yang halal," kata Adi.

Adi kesulitan mencari pekerjaan sampingan untuk menopang ekonomi keluarga.

Dia tidak memiliki keahlian yang bisa uang, kecuali hanya terkait jurnalistik.

Pasti dia tidak bisa bekerja di dua perusahaan media.

Sedangkan istri hanya ibu rumah yang dapat membantu pendapatan melalui jual-beli online.

Pendapatan istrinya pun hanya cukup untuk tambahan ekonomi keluarganya.

Malam itu, Adi masih berjaga.

Seperti biasanya, Adi menjadi orang terakhir yang tidur malam di rumahnya.

Istri dan anaknya sudah tidur lebih dulu.

Sambil menunggu, Adi meliarkan pikirannya.

Dia berpikir dan berpikir untuk mencari solusi ekonomi rumah tangganya.

"Katanya, rezeki akan lancar setelah pergi ke Tanah Suci. Tapi, kenapa kok rezekiku malah hancur sepulang dari umrah?" pikir Adi.

Tiba-tiba dia ingat pada doa yang sempat diucapkan di depan Kakbah.

Dia mulai menyadari bahwa sempat ada harta kotor yang bercampur dengan hartanya.

Sekarang harta kotor tersebut sudah terjual habis.

Seiring penjualannya harta hasil begal tersebut, ekonomi keluarga Adi mulai membaik.

Kredit di bank akan lunas pada tahun ini.

Usaha sang istri pun sudah mulai lancar.

Kini Adi mulai merancang masa-masa baru.

Adi ingin membeli atau kredit rumah dengan uang yang diperoleh secara halal.

Apalagi sekarang posisinya tidak bisa lagi membegal, mencopet, atau sejenisnya saat masih menjadi wartawan di lapangan.

"Aku tidak mau lagi memberi makan anak dan istri dari uang yang tidak halal," katanya sebelum menutup telepon.

Comments