Pembunuhan Julius Caesar di Romawi, 15 Maret 44 SM
Sejak didaulat menjadi diktator
abadi pada 46 SM, Julius Caesar (100 SM-44 SM) sering membuat keputusan kontroversial.
Caesar seperti menganggap dirinya seperti dewa.
Caesar membangun patungnya di
Kuil Quirinus.
Pembangunan patung ini seakan menyamakan Caesar dengan dewa.
Bagi
masyarakat Romawi, Quirinus adalah dewa, penggagas dan raja.
Dengan membangun
patung di samping Quirinus, Ceasar menegaskan bahwa dirinya adalah raja yang pernah
memimpin di masa lalu.
Caesar juga mencetak mata
uang bergambar dirinya.
Dalam sejarah Romawi, belum pernah terbit mata uang
bergambar tokoh yang masih hidup.
Caesar adalah pemimpin pertama yang mencetak gambarnya
di uang.
Bukan hanya masyakat yang
tidak senang dengan keputusan Caesar.
Saran senat pun sering tidak didengar
oleh Caesar.
Seperti saat menunjuk Quintus Fabius Maximus (?-45 SM), dan Gaius Trebonius
(92 SM-43 SM).
Senat pun tidak mengakui Konsul pilihan Caesar.
Senat pun tidak puas dengan
kebijakan Caesar, termasuk Marcus Junius Brutus (85 SM-42 SM.
Brutus awalnya
adalah musuh Caesar dalam perang saudara sebelumnya.
Setelah kembali dari Italia
pada 45 SM, Caesar mengampuni beberapa musuhnya, termasuk Brutus.
Banyak
spekulasi terkait pengampunan terhadap Brutus.
Di antaranya karena Caesar
mencintai ibu Brutus, Servelia Caepionis (104 SM-42 SM).
Bahkan Servelia menjadi
simpanan Caesar.
Tapi akibat kebijakan pemimpin
tertinggi Romawi itu, Brutus pun terpengaruh dengan hasutan anggota senat
lainnya.
Brutus dan anggota senat lainnya bertekad menyingkirkan Caesar.
Kelompok
ini menyebut dirinya dengan sebutan Liberatos
(pembebas).
Upaya penyingkiran
Caesar disusun sangat rapi.
Caesar dipanggil ke forum majelis perundingan di
The Curia of Pompey pada 15 Maret 44 SM.
Caesar hanya diminta membaca petisi yang
sudah ditulis para senat.
Tujuan petisi ini adalah untuk mengembalikan kekuasaan
kepada senat.
Intriks para senat sudah
tercium oleh beberapa orang kepercayaan Caesar.
Mark Antony (83 SM-30 SM)
mencoba menghalangi di tangga gedung, dan mencegah Caesar masuk kedalam gedung.
Para senat yang sudah berada didalam gedung mengetahuinya.
Caesar langsung digiring
masuk ke dalam gedung.
Akhirnya Caesar memenuhi
tuntutan senat membaca petisi.
Saat sedang membaca petisi, seorang senat
bernama Servilius Casca (?-42 SM) menarik lengan Caesar dan menikam lehernya.
Dalam
gedung ini sekitar sekitar 60 orang.
22 orang anggota senat lain pun ikut menusuk
Caesar dengan belati yang disimpan di toga-nya.
Caesar tidak berdaya melawan 23
orang yang menikamnya bertubi-tubi.
Ada dua versi terkait akhir
hayat Caesar. Ada yang menyebutkan Caesar sempat melarikan diri sebelum nyawanya
melayang.
Ada pula yang menyebutkan bahwa Caesar meninggal tidak jauh dari tempatnya
membaca petisi.
Adegan ini didramatisasi oleh William Shakespeare (1564-1616).
Disebutkan
kalimat terakhir yang keluar dari bibir Caesar sebelum meninggal adalah, "Et tu
Brute?" yang berarti "Kamu juga Brutus?".
Setelah membunuh Caesar,
para senator meninggalkan gedung pertemuan.
Mayat Caesar dibiarkan tergeletak
bersimbah darah.
Beberapa abdi negara membawa jenazah Caesar pulang dan menyerahkan
kepada istrinya, Calpurnia Pisonis (75 SM-44 SM).
Dalam beberapa catatan disebutkan Calpuria
sudah memiliki firasat pembunuhan suaminya.
Bahkan Calpuria sempat minta Decimus
Junius Brutus Albinus (85 SM-43 SM) agar menyampaikan kepada senat bahwa Caesar
sedang sakit.
Tapi Caesar menolak berbohong. Calpuria pun berusaha memperingatkan
Caesar, tapi usahanya sia-sia.
Comments
Post a Comment