Kenapa Menjarah Minimarket?

Dua perampokan terjadi di Kota Malang terjadi dalam semalam.

Ada banyak persamaan dari dua perampokan ini.

Perampokan ini sama-sama menjarah minimarket.

Pelaku sama-sama membawa senjata tajam.

Satu pelaku membawa pistol, entah benar-benar pistol atau korek api berbentuk pistol.

Pelaku sama-sama berhasil membawa barang jarahan.

Perampok di Jalan A Yani Utara menggondol uang Rp 500.000, beberapa pack rokok, dan ponsel pegawai.

Sedangkan perampok di Jalan Raya Gadang menggondol uang Rp 10 juta.

Ponsel pegawai juga digondol pelaku.

Kejadian seperti ini sudah sering terjadi di Malang Raya.

Modusnya pun hampir sama.

Pelaku datang, menodongkan senjata tajam atau mengancam, dan menggondol barang jarahan.

Ada pula perampok yang masuk minimarket setelah jam operasional berakhir.

Perampokan seperti ini jarang tertangkap, meskipun aksinya terekam CCTV.

Aku berbincang dengan perwira polisi untuk menggali informasi dua perampokan ini.

Perampokan seperti ini memang terkesan janggal.

Dalam beberapa kasus perampokan di minimarket, biasanya korban kehilangan uang maksimal Rp 5 juta.

Kerugian ini tidak termasuk barang seperti rokok, dan sebagainya.

Minimarket jarang menyimpan uang tunai dalam jumlah besar.

Manajemen rutin menyetor uang hasil penjualan ke bank.

Perampok pasti tahu uang di kasir atau brankas tidak pernah banyak.

Bisa jadi perampokan itu tidak melibatkan orang dalam.

Perampok pasti sering mendengar bahwa tidak ada banyak uang di minimarket.

Tapi perampokan di minimarket tetap marak.

Padahal bila ingin mendapat hasil lebih banyak, perampok bisa menjarah bank.

Uang di bank pasti lebih banyak dibandingkan di minimarket.

Perampokan di siang bolong memang lebih beresiko.

Tapi mereka bisa beraksi pada malam hari.

Toh penjaga pada malam hari lebih minim.

Nasabah pun dipastikan tidak ada pada malam hari.

Kalau takut menjarah bank, mereka bisa menjebol tempat penyimpanan uang ATM.

Penjagaan pasti lebih minim.

Bahkan mayoritas ATM tanpa penjagaan.

Hanya CCTV yang mengintai.

Perampok berpengalaman pasti bisa mengatasi pengawasan mesin.

Ada beberapa dugaan terkait maraknya perampokan di minimarket ini.

Pertama, pelaku tidak berniat mengumpulkan uang atau barang jarahan.

Bila berniat mengumpulkan uang, mereka bisa merampok bank atau ATM.

Mereka pun tidak berniat mengumpulkan barang jarahan.

Terbukti hanya megambil beberapa slop rokok.

Aku menduga perampok hanya ingin menunjukan kelemahan sistem pengamanan di minimarket.

Jarang ada minimarket yang menyiagakan petugas keamanan di lokasi, baik polisi atau satpam.

Manajemen hanya mempercayakan operasional dan pengawasan kepada karyawan sesuai jadwal shift.

Dugaan kedua, perampok hanya mencari penghasilan tambahan.

Artinya, mereka sudah memiliki pekerjaan.

Tapi penghasilan dari pekerjaannya masih kurang.

Atau mereka memiliki kebutuhan lain yang tidak bisa tertutupi oleh penghasilannya.

Makanya mereka mencari tambahan dengan merampok di minimarket.

Ketiga, perampok di minimarket hanya amatiran atau pemula.

Merampok di minimarket tidak butuh nyali tinggi.

Tidak ada tantangan.

Perlawanan dari korban pun sangat kecil.

Dengan menggertak sambil memperlihatkan senjata tajam atau korek api berbentuk pistol, pegawai pasti langsung gemetar.

Perampok amatiran ini dipersiapkan untuk menjarah gudang atau hasil yang lebih besar.

Tentunya hasil jarahan dari gudang ini lebih besar dibandingkan merampok di minimarket.

“Polisi pasti memiliki data perampok, baik yang masih meringkuk di tahanan, atau yang masih keliaran."

"Mereka bisa menyusuri jaringan perampok minimarket melalui data ini,” kata seorang teman.

Comments