Gambar Seram yang Mengusik

Seorang pria berbadan subur masuk ke sebuah warung.

Dia mau membeli sebungkus rokok sesuai seleranya.

Kepada pemilik warung, dia berpesan agar mengambilkan rokok yang bergambar tidak terlalu seram.

Bila perlu, rokok yang tidak ada gambar seramnya.

Pria berbadan suburban ini termasuk pelanggan setia warung tersebut.

Dia mampir warung hampir setiap hari.

Bila sedang kenyang, dia hanya memesan segelas kopi atau teh hangat.

Bila malas menikmati minuman, dia cukup nongkrong.


Pemilik warung pun lansung membongkar tumpukan rokok di laci.

Semua rokok yang tersimpan di laci gambar seram.

Pemilik warung membongkar tumpukan rokok di tas.

Tidak ada satu pun rokok yang tidak ada gambar seramnya.

“Ambilkan rokok yang gambarnya tidak terlalu seram saja,” kata pria berbadan subur itu.

Sebungkus rokok disodorkan.

Pria berbadan subur itu memeriksa.

“Ini tidak masalah. Tolong buatkan kopi,” katanya.

Dia langsung duduk di kursi.

Rokok yang baru diterima dari pemilik warung dimasukan kantong.

Dia mengeluarkan bungkus rokok yang terlihat lusuh.

Dia mengambil sebatang rokok, dan membuang bungkusnya di tong sampah.

Bukan hanya pria berbadan subur itu harus memilih rokok yang akan dibelinya.

Masih banyak rokok lain yang tidak membeli rokok.

Sudah sekitar dua bulan ini bungkus rokok terpasang gambar seram.

Ada gambar kanker tenggorokan, kanker mulut, dan kanker paru-paru.

Gambar sambil menganggap gambar paling humanis.

Gambar ini boleh dikatakan tidak mengurangi nikmatnya merokok.

Tujuan pemasangan gambar ini memang untuk menunjukan dampak bagi perokok.

Diharapkan perokok berhenti merokok setelah mengetahui dampak buruk dari rokok.

Sampai sekarang saya belum pernah melihat gambar dampak bagi wanita hamil.

Padahal dalam peringatan itu juga dicantumkan larangan menjual rokok wanita hamil.

Sampai sekarang belum melihat dampak langsung konsumsi setelah pemasangan gambar seram itu.

Perokok masih tetap menikmati rokok sebagaimana biasa.

Ada pertanyaan yang sempat berhenti untuk mampir.

Aku pun sempat berhenti berhenti merokok beberapa hari.

Penyebab berhentinya rokok ini bukan karena gambar seram di bungkus rokok.

Temanku memang sempat sakit sehingga harus berhenti merokok.

Begitu pula aku.

Pemasangan gambar seram ini sangat terlambat.

Pada tahun 2010 lalu saya sempat ikut seminar tentang rokok di Surabaya.

Pemateri menunjukan bungkus rokok yang dijual di luar negeri, seperti Singapura.

Gambar seram terpasang dengan ukuran setengah sangat besar.

Bahkan rokok produksi Indonesia yang dijual di Indonesia pun harus memasang gambar ini.

Konsumsi rokok di Indonesia cukup tinggi.

Berdasar penelitian, merokok bisa memperpendek usia.

Mungkin inilah yang menyebabkan pemerintah tidak ingin warganya masih lebih cepat.

Bagi pemerintah, minimnya angka kematian bisa menjadi indikator keberhasilan program.

Mungkin pemerintah harus mencari akal lain untuk mengurangi konsumsi rokok.

Menaikan harga cukai belum tentu membuat konsumen meninggalkan rokok.

Begitu pula dengan pemasangan gambar rokok.

Comments