Nyawa Anak Tunggal Itu Melayang di Kebun Tebu

Sebut saja cewek ini dengan nama Fika.

Usianya belum genap 15 tahun.

Rumahnya tidak jau dari rumahku di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

Baru sebulan ini dia lulus dari bangku sekolah tingkat SLTP.

Dia tidak melanjutkan ke SLTA karena orang tuanya tidak memiliki biaya.

Bapaknya hanya seorang kuli bangunan.

Dia memilih bekerja untuk meringankan beban orang tuanya.

Baru sepekan ini dia bekerja di sebuah konveksi di Kota Malang.

Dia mendapat gaji pertamanya pada Sabtu (16/8/2014) lalu.

Orang tuanya tidak mengetahui berapa gaji pertamanya.

Orang tuanya tidak pernah bertanya.

Setelah menerima gaji pertamanya, Fika tidak akan pernah bekerja lagi.

Orang tuanya melihat Fika terakhir pada Senin (18/8/2014) lalu.

Fika ditemukan tidak bernyawa di perkebunan tebu pada Kamis (21/8/2014).

Jidad dan dadanya penuh luka.

Lehernya juga terdapat bekas cekikan.

Sungguh menggenaskan.

Fika satu-satunya harapan dan masa depan orang tuanya.

Dia adalah anak tunggal.

Makanya orang tuanya sangat sayang.

Bisa dibayangkan rasa sedihnya orang tua Fika ketika satu-satunya harapan dan masa depannya hilang.

"Saya ingin pelaku mendapat balasan setimpal. Nyawa harus dibalas nyawa," kata ibunya saat kutemui di rumahnya tadi sore.

Ucapan itu sebagai bentuk kegeraman ibu Fika kepada pelaku.

Dia tidak bisa berbuat banyak.

Bahkan memukul pelaku dengan sandal pun tidak akan mampu.

Polisi sudah menangkap pelaku dua jam setelah jenazah Fika ditemukan.

Ibu Fika hanya bisa berharap kepada pengadilan memberikan hukuman setimpal.

Ketika datang ke rumahnya, aku hanya bisa ikut berduka.

Aku tidak bisa menangis.

Aku tidak bisa merasakan sedihnya orang tua yang kehilangan anak tunggalnya.

Apalagi Fika meninggal tidak wajar.

Memang ada beberapa anggota keluargaku yang sudah meninggal.

Terakhir bibi-ku yang meninggal.

Tapi dia bukan satu-satunya bibiku.

Aku masih memiliki banyak bibi.

Begitu pula ketika saudara iparku dan keponakanku meninggal.

Aku memang sedih.

Tapi kesedihan ini tidak berlangsung lama.

Aku juga masih memiliki saudara ipar dan keponakan lain.

Aku yakin orang tua atau keluarga Fika masih dendam kepada pelaku.

Aku tidak bisa membayangkan ketika pengadilan tidak memberikan hukuman mati atau hukuman seumur hidup kepada pembunuh Fika.

Orang tua atau keluarga Fika pasti akan memburunya.

Apalagi rumah pelaku hanya sekitar satu kilometer dari rumah Fika.

Apapun motifnya, tidak seharusnya pelaku membunuh Fika.

Apalagi Fika adalah mantan orang yang dicintainya.

Pelaku memang dendam karena hubungan asmaranya kandas dan Fika sudah memiliki kekasih lain.

Aku yakin masalah itu masih bisa diselesaikan.

Apapun masalahnya pasti ada solusi bila dibicarakan secara baik-baik.

Aku berharap pengadilan memberikan hukuman setimpal kepada pelaku.

Minimal pelaku harus mendekam di penjara seumur hidup.

Pelaku sudah menghilangkan satu-satunya harapan orang tua Fika.

Pelaku juga tidak menyesal setelah membunuh Fika.

Comments