Raja Terakhir Dinasti Nashiriyah, Muhammad XII Mengucap Sumpah Setia Kepada Raja Castile di Spanyol, 2 Januari 1492

Jatuhnya kekuasaan Dinasti Umayah di Spanyol pada awal abad 11 mengubah wajah Islam di Spanyol.

Islam memang belum benar-benar berakhir di bumi Spanyol.

Tapi, tidak ada penguasa tunggal Islam di Spanyol.

Beberapa dinasti kecil bermunculan menggantikan kekuasaan politik Bani Umayah, seperti Dinasti Hammudiyah, Dinasti Jahwariyah, Dinasti Ziriyah, Dinasti Abbadiyah, Dinasti Murabitun, dan Dinasti Muwahidun.

Lambat laun semua daerah kekuasaan dinasti Islam diambil-alih penguasa Castile dan Aragon yang sudah bergabung.

Toledo direbut pada 1085, Kordova pada 1236, dan Seville pada 1248.

Hampir semua daerah kekuasaan dinasti Islam jatuh ke tangan orang Kristen.

Hanya Granada yang masih dikuasai Dinasti Nashiriyah.

Tapi saat itu Dinasti Nashiriyah sedang dilanda konflik internal.

Dalam rentang waktu mulai 1232 sampai 1492, sudah ada 21 sultan yang memerintah.

Enam orang di antaranya memerintah dua kali, dan satu orang memerintah tiga kali.

Awalnya Dinasti Nashiriyah sepakat membayar upeti kepada Castile.

Saat Ali Abu al-Hasan (wafat 1485) dipercaya menjadi sultan, Dinasti Nashiriyah tidak mau memberikan upeti lagi.

Hasan pun menunjukan permusuhannya dengan menyerang Castile.

Sejak saat itu dua kerajaan ini saling caplok wilayah kekuasaan.

Serangan 10.000 tentara Castile pada Desember 1491 menjadi pertempuran terakhir.

Perang ini pun menguasai kekuasaan Dinasti Nashiriyah.

Menyerahnya Nashiriyah tertuang dalam kesepakatan yang ditandatangani pada 2 Januari 1492.

Raja terakhir Dinasti Nashiriyah, Abu Abdullah yang bergelar Muhammad XII (1460-1533) beserta pejabatnya mengucap sumpah setia kepada Raja Castile.

Ada 67 pasal dalam kesepakatan ini, di antaranya jaminan keselamatan jiwa, agama, dan harta benda umat Islam.

Selain itu, jaminan kehormatan, pemikiran, dan kebebasan melakukan ritual.

Penguasa Castile juga harus memiliki tawanan, memberi kebebasan bagi warga yang ingin hijrah ke Maroko, dan pajak dalam jangka waktu beberapa tahun.

Janji perlindungan ini tidak berlangsung lama.

Penguasa Castile memberi kepercayaan khusus kepada kardinal kepercayaan penguasa, Fancisco Jimenez de Cisneros (1436-1517) untuk melakukan kampanye mulai 1499.

Inti dari kampanye ini adalah pemaksaan pemindahan agama ke Kristen.

Buku-buku tentang Islam ditarik dari peredaran, dan dibakar.

Umat Islam dilarang berbicara dalam bahasa Arab.

Umat Islam harus menggunakan bahasa Romawi sebagai bahasa komunikasi.

Akhir dari kampanye ini adalah keputusan tegas dari penguasa kastil pada 1501.

Umat Islam hanya diberi dua pilihan, yaitu masuk Kristen atau meninggalkan Spanyol.

Keputusan ini disikapi oleh umat Islam dengan tiga sikap yang berbeda.

Ada yang langsung memberontak terhadap penguasa kastil.

Ada pula yang memilih meninggalkan Spanyol.

Tapi, ada yang memilih memeluk agama Kristen.

Kelompok Bayyan dan kelompok Faraj bin Faraj adalah di antara para pemberontak yang muncul akibat keluarnya keputusan ini.

Pemberontakan ini mengakibatkan beberapa pejabat Castile terbunuh.

Tapi, banyak pula para pemberontak yang tewas dan bernasib tragis.

Seorang pemberontak bernama Abdullah tewas dengan kepala terpenggal.

Kepalanya digantung di gerbang Cordova selama 30 tahun.

Sedangkan mayoritas umat Islam yang hijrah memilih mengungsi ke Maroko.

Tapi, ada pula yang hijrah ke daerah terdekat yang masih dikuasai oleh umat Islam.

Bagi yang tidak mampu hijrah atau memberontak, mereka memilih membaur dengan warga Spanyol lainnya.

Kelompok ini disebut Mouresque atau Moriscos yang berarti orang-orang dari Maroko.

Mereka berusaha tetap menggunakan bahasa Arab secara tersamar.

Dalam perkembangannya, bahasa Arab yang bercampur bahasa latin ini disebut Khimyada.

Comments