Pemberontakan Guy Fawkes di Inggris, 5 November 1605
Kepemimpinan Raja James I (1566-1625) dipandang beragam oleh masyarakat.
Bagi penduduk Skotlandia, James I adalah raja yang baik dan selalu adil.
Tapi, penduduk Inggris menganggap sebaliknya: kepemimpinan James I dinilai sangat buruk.
Kaum Katolik yang termasuk kelompok yang menilai kepemimpinan James I sangat buruk.
Penilaian kaum Katolik ini cukup beralasan.
James I tidak memenuhi janjinya melonggarkan anti-Katolik yang pernah diucapkan sebelum naik tahta.
Kaum Katolik tidak mudah menjalankan ibadahnya.
James I pun menangkap imam Katolik yang memimpin ibadah.
Kaum Katolik harus menjalankan ibadahnya secara sembunyi-sembunyi.
Kepemimpinan James I yang merugikan kaum minoritas memunculkan pemberontakan di dalam negeri.
Di antara pemberontak adalah Guy Fawkes.
Guy Fawkes yang bergabung dalam sekte Jesuit sudah mempersiapkan rencana untuk menggulingkan kepemimpinan James I.
James I akan dibunuh saat menghadiri rapat bersama anggota parlemen di gedung parlemen di London, House of Lord.
Rencana dimatangkan sejak Mei 1604.
Awalnya kelompok ini berencana membuat rencana untuk menanam bubuk mesiu di bawah gedung.
Mereka menyewa sebuah rumah tidak jauh dari gedung parlemen.
Minimnya anggota yang bergabung mengakibatkan pembuatan sulit direalisasikan.
Gagal menjalankan opsi pertama, kelompok ini menjalankan opsi kedua.
Opsi kedua dijalankan dengan menanamkan bubuk mesiu di bawah gedung parlemen langsung.
Seorang anggota bernama Thomas Percy memanfaatkan koneksinya sehingga berhasil memanfaatkan satu ruang di gedung parlemen.
Di bawah ruang inilah bubuk mesiu seberat antara 36 tong yang ditanam.
Baca juga: Inggris Dukung Pembentukan Negara Israel
Kelompok ini berusaha agar tidak ada anggota parlemen Katolik menjadi korban ledakan.
Sepuluh hari jelang peledakan, anggota parlemen dari kalanganis Katolik, Lord Monteagle menerima surat tanpa nama pengirim.
Dalam surat ini, Monteagle diminta tidak menghadiri rapat parlemen.
Surat ini ditunjukan kepada beberapa orang.
Berdasar surat ini, seluruh ruang digeledah, termasuk ruang yang disewa Percy.
Fawkes sedang berada di dalam ruangan itu saat pengeledahan.
Petugas keamanan langsung mengamakan 36 tong dan isinya.
Fawkes langsung digelendang ke kamar James I.
Di hadapan James I, Fawkes mengaku bersekongkol dengan beberapa untuk menggulingkan pemerintahan James I.
Tapi, Fawkes bersikukuh tidak mau mengungkap identitas persekongkolan dan anggotanya.
Atas pelanggaran ini, pengadilan memvonis Fawkes
dengan hukuman berlapis.
Fawkes harus digantung, jenazahnya akan dibagi menjadi
empat bagian, dan ditenggelamkan di laut.
Sesuai amar pengadilan, Fawkes menjalani
eksekusi pada akhir Januari 1606.
Saat berada di tiang gantungan, Fawkes
berhasil mengelabui algojo.
Memanfaatkan kelalaian algojo, Fakwes melarikan
diri.
Sayangnya Fawkes terpeleset saat melarikan diri sehingga lehernya patah.
Dia meninggal tidak jauh dari tiang gantungan.
Upaya pemberontakan Fawkes diperingati setiap tanggal
5 November dalam perayaan yang disebut Bonfire Night atau Guy Fawkes Night.
Warga
Inggris menyalakan api unggun sebagai rasa syukur James I selamat dari upaya
pembunuhan.
Rasa syukur ini dikemas dalam bentuk ibadah di katedral di seluruh
Inggris.
Di sisi lain, kegagalan Fawkes membunuh James I menginspirasi Alan Moore
dan David Llyod membuat komik berjudul V for Vendetta.
Dalam sampul komik ini, mereka memasang grafis topeng Fawkes.
Sejak saat itulah Fawkes menjadi simbol
perlawanan.
Banyak demontran yang mengenakan topeng Fawkes, di antaranya demonstrasi
anti pemerintah di Thailand pada 2013.
Bahkan kelompok hactvisme yang menamakan
diri Anonymous menggunakan topeng Fawkes sebagai simbol kebebasan di dunia
maya.
sumber artikel ini dari mana ya kalau boleh tau.
ReplyDeleteDiolah dari berbagai sumber, mas bro....
ReplyDeleteJudul film nya V vendetta
ReplyDelete