Akhir Tragis Kaisar Tunggal Dinasti Xin di China, 6 Oktober 23

Dinasti Han Menguasai Cina dalam rentang waktu 206 SM-220 M.

Di sela pemerintahan Dinasti Han, ada Dinasti Xin yang hanya berumur jagung.

Kekuasaan Dinasti Xin hanya berlangsung selama 15 tahun.

Dinasti Xin hanya memiliki satu raja, yaitu Wang Mang.

Sebenarnya Wang Mang sudah mengendalikan kekuasaan Dinasti Han sejak 1 SM.

Dipercaya sebagai Perdana Menteri, Wang Mang mengangkat kaisar bergelar Pingdi.

Kaisar ini berkuasa di bawah kendali Wang Mang.

Kaisar boneka ini wafat pada 6 M.

Kemudian Wang Mang mengangkat kaisar boneka lagi.

Kaisar baru bergelar Ruzi ini baru berusia dua tahun.

Penunjukan ini mendapat protes dari anggota keluarga kerajaan.

Tapi, keputusan Wang Mang mendapat dukungan dari para pejabat.

Raja belia ini hanya berkuasa selama dua tahun.

Wang Mang mengambil alih materai kerajaan dan mengangkat dirinya menjadi kaisar.

Wang Mang pun mendeklarasikan kekuasaannya Dinasti Xin yang berarti 'baru'.

Dia berdalih Dinasti Han sudah tidak mendapat kuasa surgawi lagi untuk memerintah China.

Pewarisan tahta kaisar ini tidak berimbas ke wilayah kekuasaan.

Wang Mang kesulitan memperbesar pengaruhnya di daerah yang masih dikuasai Han.

Kekuasaan Wang Mang hanya terbatas di Ibukota Chang'an.

Sedangkan daerah lain masih dikuasai keluarga Dinasti Han.

Meskipun digambarkan sebagai kaisar lalim, Wang Mang sangat cakap mengambil kebijakan.

Para menteri diisi oleh orang yang cakap di bidangnya.

Di antara kebijakan reformatif yang dilakukan Wang Mang adalah menasionalisasi tanah yang sebelumnya dikuasai bangsawan.

Tanah ini dibagikan kepada rakyat yang tidak memiliki tanah.

Atas kebijakan ini, Wang Mang mendapat julukan 'bapak sosialis pertama di China'.

Sungai Kuning meluap pada tahun 11.

Banjir bandang ini mengakibatkan bencana.

Rakyat mulai meragukan legitimasi surgawi yang diamanatkan kepada Wang Mang.

Sejumlah pemberontakan muncul tak lama setelah banjir bandang yang diikuti bencana ini.

Di antara pemberontak adalah Guatian Yi, Zhang Ba, Yang Mu, Diao Zidu, Wang Kuang, dan The Chimei (alis merah).

Wang Mang menerima dua masukan untuk menyikapi maraknya pemberontakan ini.

Beberapa pejabat menyarankan agar Wang Mang tidak menggunakan kekerasan untuk menumpas pemberontak.

Pemberontakan ini muncul sebagai akibat dari kemiskinan yang melanda China.

Sebaliknya, beberapa pejabat lain menyarankan penggunaan kekerasan untuk menumpas pemberontakan.

Wang Mang memilih masukan kedua.

Wang Mang mengirim Wang Kuang dan Lian Dan untuk menumpas pemberontak agraria.

The Chimei menjadi target utama penumpasan pemberontakan ini.

Wang Kuang dan Lian Dan kurang berhasil menumpas beberapa pemberontakan.

Banyaknya pemberontakan menyebabkan pasukan mengalami kelelahan.

Pemberontak berhasil masuk Kota Chang'an pada 4 Oktober 23.

Para pemuda pun ikut bangkit melawan kekuasaan Wang Mang.

Dua hari kemudian atau 6 Oktober 23, pemberontak dan pemuda berhasil berhasil masuk Weiyang Palace atau istana utama.

Wang Mang tewas dalam penyerbuan ini.

Tubuh Wang Mang dipotong-potong, dan kepalanya dikirim ke ibukota sementara Dinasti Han, Wancheng.

Kepala Wang Mang digantung di atas tembok kota.

Beberapa orang yang tak puas terhadap pemerintahan Dinasti Xin mengambil kepala Wang Mang.

Kepala itu ditendang, dan lidahnya dipotong.

Akhirnya kepala ini disimpan di lemari besi pengadilan sampai era Dinasti Jin.

Comments

  1. Terima kasih banyak atas informasi tentang Pemberontakan Alis Merah. :)

    ReplyDelete

Post a Comment