Masalah Pekerja Luar Ruang

Saat sedang santai tadi pagi, aku mendapat kabar dari seorang keluargaku.

Kabar ini bukanlah kabar menghebohkan. Hanya kabar biasa.

Keluargaku mengabarkan bahwa perusahaan akan mengirim kakakku ke Ngawi.

Kakakku harus berada di Ngawi selama dua pekan. Dia harus berangkat besok pagi.

Memang tidak ada yang aneh dengan kabar ini. Tapi bagi sebagaian keluargaku, kabar ini sangat menghebohkan.

Mereka khawatir kepada kakakku. Selama ini kakakku itu memang jarang keluar dari Malang dalam waktu lama.

Mungkin keluar dari Malang terlama adalah saat ke Bali. Dia selama sebulan untuk mencari kerja di Bali.

Dia tidak sendirian di Bali. Dia bersamaku, dan tidur di kosku.

Pantas sebagaian keluargaku sangat berat melepas kakakku ke Ngawi, terutama istrinya. Tidak ada sanak saudara, teman, atau kenalan.

Perusahaannya hanya membekali uang sebesar Rp 200.000 untuk kos.

Tidak ada uang transportasi atau uang makan selama berada di Ngawi.

Bila kehabisan uang di tanah rantau, dia harus memikirkan sendiri mencari pinjaman.

Entah kepada perusahaan atau teman-temannya di Malang

Tapi, ini konsekwensi yang harus ditanggung.

Sebelumnya dia sudah bekerja di sebuah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai marketing.

Sebelumnya lagi dia bekerja di perusahaan finance sebagai penagih.

Setiap kali keluar dari pekerjaannya, dia selalu berharap bisa mendapat pekerjaan di dalam ruang.

Begitu pula saat dia keluar dari pekerjaan terakhirnya di BPR.

Ternyata dia malah mendapat pekerjaan di perusahaan produsen bahan bangunan.

Awalnya dia mengira bekerja di dalam ruang di perusahaan produsen bahan bangunan itu.

Saat diterima bekerja di perusahaan itu, bagian personalianya tidak menjelaskan jenis pekerjaannya.

Dia baru tahu jenis pekerjaannya saat diberi kabar akan dikirim ke Ngawi. Dia harus menagih piutang perusahaan di Ngawi.

Perusahaan membekalinya sebuah peta untuk memudahkan menghafal daerah itu.

Bekerja di jalanan memang sangat melelahkan. Apalagi pekerjaan ini harus berhadapan dengan orang yang tidak dikenal.

Perjalanan menuju rumah orang itu sudah menguras energi. Setelah bertemu dengan orangnya pun butuh energi.

Marah, sedih, kasihan, dan sebagainya akan bercampur aduk.

Berbeda dengan pekerja di dalam ruangan yang hanya bersinggungan dengan mesin.

Pekerja di dalam ruangan tidak terlalu menguras energi.

Meskipun menguras energi, tidak sebanyak pekerja di luar ruangan.

Bekerja di diluar ruang ada sisi positifnya. Kita bisa mengenal banyak orang dengan berbagai latar belakang.

Di luar urusan pekerjaan, orang baru bisa menambah daftar pertemanan.

Pembicaraan dengan orang baru juga akan menambah wawasan kita.

Dari orang-orang baru ini pula kita bisa memperlajari beragam karakter orang.

Tapi, tidak semua orang berminat bekerja di luar ruang.

Menguras energi dan emosi yang menyebabkan segala jenis pekerjaan luar ruang sering ganti personel.

Selain itu, pengeluaran pekerja luar ruang lebih banyak dibandingkan pekerja di dalam ruang.

Pekerja luar ruang yang bisa mengatur pendapatan dipastikan akan melakukan berbagai cara untuk menutupi kebutuhan hidupnya.

Minimal ada sebagaian uang yang disisihkan untuk keluarganya.

Makanya perusahaan sering memandang sebelah mata pekerja di luar ruang.

Gaji disamakan dengan pekerja luar ruang yang tidak butuh biaya operasional.

Bahkan gaji pekerja luar ruang yang baru bekerja sering lebih kecil dibandingkan pekerja dalam ruang.

Gaji pekerja luar ruang masih ditentukan dengan durasi bekerja di perusahaan tersebut.

Seharusnya perusahaan membedakan gaji pekerja luar ruang dengan pekerja dalam ruang.

Bagaimanapun operasional pekerja luar ruang lebih tinggi dibandingkan pekerja dalam ruang.

Meskipun perusahaan memberi uang transpor untuk pekerja luar ruang, uang ini tidak cukup untuk operasional.

Comments