Kontroversi Pembentukan Federasi Malaysia, 16 September 1963

Inggris menyetujui pembentukan Federasi Malaysia pada 16 September 1963.

Hari ini pula yang diproklamirkan sebagai kemerdekaan Malaysia.

Federasi baru ini meliputi daerah Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Serawak, Brunei, dan Sabah (Borneo Utara).

Malaysia menyikap bergabungnya Singapura kedalam federasi secara ambivalen.

Malaysia tetap dihantui kekhawatiran Singapura bakal menjadi negara mandiri.

Saat itu mayoritas pimpinan Singapura berhaluan ‘kiri’.

Ketakutan ini terealisasi pada 1965 saat Singapura mendeklarasikan diri menjadi negara mandiri.

Pembentukan Federasi Malaysia menuai protes dari negara yang berdekatan dengan Malaysia.

Presiden pertama Indonesia, Soekarno menolak berdirinya Federasi Malaysia.

Soekarno menganggap Federasi Malayysia sebagai proyek neokolonialisme yang mengancam stabilitas Indonesia.

Sebagai bentuk penolakan berdirinya Federasi Malaysia, Soekarno memaklumatkan Dwi Komando Rakyat (Dwikora).

Berikut adalah isi Dwi Komando Rakyat:

1. Perhebat ketahanan revolusi Indonesia; dan

2. Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sarawak dan Sabah, untuk menghancurkan Malaysia.

Bukan hanya Indonesia yang menolak pembentukan Federasi Malaysia.

Filipina pun ikut menentang karena menganggap wilayah Sabah masih milik Kesultanan Sulu.

Sabah hanya disewakan kepada kepada Inggris.

Selain Indonesia dan Filipina, Kesultanan Brunei Darussalam pun menolak federasi.

Brunei menolak bergabung karena adanya protes dari warganya.

Awalnya Brunei Darussalam berencana ikut bergabung dalam federasi ini.

Akibat penolakan warganya, Brunei Darussalam batal bergabung.

Comments