Sebentar, Aku Ganti Celana Dulu

Aku membeli rokok di sebuah toko.

Konsep toko ini hampir sama dengan mayoritas toko milik warga pada umumnya.

Tokonya menyatu dengan rumah pemilik toko.

Bila toko tutup tapi rumah itu masih ada orangnya, pembeli bisa membeli sesuatu dari toko itu.

Saat itu tokonya memang buka.

Seorang bapak duduk sedang di teras rumah sambil membetulkan sesuatu.

Aku tidak tahu yang apa dibetulkan bapak itu.

Kelihatannya bapak itu sedang membetulkan sepeda gayung.

Aku kemudian mengungkapkan niatku mau membelu rokok.

Si bapak menyarankan aku langsung masuk tanpa memandang ke arahku.

Dia masih konsentrasi menyelesaikan pekerjaan.

Aku langsung masuk ke dalam rumah pemilik toko.

Seorang ibu duduk di depan rak rokok.

Aku mengutarakan niatku sebagaimana kuutarakan kepada bapak di teras rumah tadi.

Si ibu tadi langsung mengambilkan rokok yang kumaksud.

Uang Rp 20.000 kusodorkan kepada ibu tadi.

Saat akan memberi kembalian, dia bingung.

Kelihatannya dia bukan pemilik toko.

Dia malah bertanya kepadaku harga rokok biasanya.

Harga rokok yang kubeli sangat fleksibel.

Ada yang menjual seharga Rp 12.000 sampai Rp 13.500 per bungkus.

Bahkan saat aku di Jakarta, harga rokok itu sebesar Rp 14.000 per bungkus.

Dengan singkat kujawab tidak tahu.

Aku tidak mau mengambil resiko dia salah uang kembalian atau kerugian akibat kelalaiannya.

Dia kemudian bertanya kepada seseorang dengan mengeraskan suaranya.

"Sebentar. Aku masih ganti katok," kata seorang wanita yang masih di kamar mandi.

Mendengar teriakan itu, si ibu tadi langsung berkomentar, "Husngomong katok-nya keras sekali".

Istilah  katok  tidak hanya mengacu pada celana dalam wanita.

Celana pria pun kadang disebut katok.

Tapi, istilah katok yang dianggap tabu hanya yang khusus wanita.

Penyebutan katok untuk pria tidak dianggap tabu.

Sebab, istilah  katok  untuk pria tidak mengacu pada pakaian dalam.

Untuk pria di Jawa, katok adalah celana pendek.

Celana pendek ini bisa digunakan sebagai saat pria memakai sarung atau dikenakan saat santai.

Bagi orang wanita di Timur, katok atau baju dalam sangat tabu dibagikan di hadapan publik.

Katok seperti rahasia bagi seorang wanita.

Dalam adat Jawa, pria yang akan melamar wanita harus memberi peningset berupa daleman, termasuk  katok.

Peningset ini sebagai tanda terbuka rahasia wanita di hadapan si pria.

Tapi, rahasia wanita baru boleh dibuka setelah akad perkawinan.

Meskipun demikian, pria sudah mengetahui seluruh rahasia wanita sebelum menikah, termasuk ukuran  katok dan BH.

Menurut Wikipediatabu atau pantangan adalah pelarangan sosial yang kuat terhadap kata, benda, tindakan, atau orang yang tidak diinginkan oleh kelompok, budaya, atau masyarakat.

Pelanggaran tabu biasanya tidak dapat diterima dan dapat dianggap menyerang.

Beberapa tindakan atau kebiasaan tabu bahkan dapat dilarang secara hukum dan pelanggar dapat kena sanksi keras.

Tabu dapat juga membuat malu, aib, dan perlakuan kasar dari lingkungan sekitar.

Tabu muncul berdasarkan kesepakatan antar anggota komunitas.

Tabu tidak berlaku secara universal.

Tabu yang berlaku di komunitas tertentu belum tentu berlaku di komunitas lain. Katok  misalnya.

Membicarakan atau mempertontonkan  katok  wanita di hadapan publik mungkin sangat tabu di Jawa dan mayoritas suku di Indonesia.

Bagi penganut budaya Barat, Katok  bukanlah hal tabu.

Wisatawan asing biasa mempertontonkan katok­ atau BH di hadapan publik.

Bahkan membeli di minimarket hanya dengan mengenakan katok atau BH pun sudah biasa.

Tidak perlu memaksakan tabu kepada komunitas lain.

Setiap komunitas sudah memiliki sesuatu yang dianggap tabu.

Komunitas hanya bisa menerima tabu baru bila tidak bertentangan dengan tabu yang sudah berlaku.

Comments