Semua Berpangkal dari Pikiran

Semua orang pasti ingin merasakan sehat.

Tidak pernah ada yang mendambakan kedatangan sakit.

Tapi sakit pasti akan datang.

Sekuat apapun orang berusaha menghindar, sakit pasti akan datang.

Sebagaimana kematian, sakit pasti datang.

Hanya waktu yang bisa menentukan kapan sakit datang.

Manusia hanya bisa berusaha agar sakit tidak datang.

Makan teratur, tidur teratur, dan olahraga paling sering dianjurkan dokter.

Anjuran ini bukan solusi menghindar dari sakit.

Anjuran hanya bersifat menunda datangnya sakit.

Saat sakit datang, dokter pasti memberi anjuran berbeda.

Makan teratur, tidur teratur, dan olahraga masih tetap menjadi anjuran utama.

Dokter juga menganjurkan minum obat sesuai sakit yang dialami.

Bagiku, obat bukan satu-satunya solusi sembuh dari sakit.

Sampai sekarang aku tidak percaya obat bisa mengakhiri sakit.

Sebaliknya, obat hanya menimbulkan ketergantungan.

Layaknya candu, obat membuat pengkonsumsinya harus selalu mengkonsumsi obat tersebut.

Karena terlalu tergantung, hanya obat itu yang bisa mengurangi gejala penyakit saat datang.

Ketergantungan adalah penyakit lain dari manusia.

Segala upaya akan dicoba untuk mendapatkan obat itu.

Orang kaya tidak akan bingung soal biaya membeli obat.

Harta bendanya masih bisa dijual untuk membeli obat.

Bagi orang miskin, tidak ada yang bisa dijual untuk membeli obat.

Tentu sangat beresiko bila menjual atau menggadaikan rumahnya.

Pangkal dari penyakit ada pada hati dan pikiran.

Biasanya beragam pikiran dan perasaan muncul saat kita terbaring di tempat tidur akibat sakit.

Bertanya-tanya kapan sembuh, obat apa yang bisa mengobati, sampai ke mana harus berobat, dan sebagainya.

Pikiran itu pasti muncul.

Justru inilah yang membuat sakit semakin tahan lama.

Tubuh dipaksa harus menanggung beban double.

Badan lemas bertarung dengan sakit yang dialami.

Pikiran pun dipaksa memikirkan solusi menyelesaikan sakit.

Ada benarnya omongan dokter.

Hanya perlu istirahat cukup dan teratur saat badan sedang sakit.

Istirahat di sini tidak hanya mengistirahatkan badan.

Pikiran pun harus diistirahatkan.

Tidak perlu berpikir solusi penyakit yang datang.

Bila perlu, orang yang sakit harus yakin sedang dalam kondisi sehat.

Artinya, badan jangan dimanjakan berbaring di tempat tidur.

Sesekali badan harus dipaksa berdiri, kaki harus dipaksa berjalan, dan mulut pun harus dipaksa mengkonsumsi makanan.

Tentunya makanan yang dikonsumsi harus disesuaikan dengan kebutuhan badan.

Ada beberapa jenis makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita penyakit tertentu.

Itu pun harus diperhatikan.

Berbicara masalah pikiran, aku teringat saat sendirian di rumah.

Rumahku berada di tengah sawah.

Tetangga terdekat berjarak 50 meter.

Kanan-kiri, dan depan-belakang di kelilingi sawah.

Kalau lampu padam, suasana luar rumah masih terang.

Apalagi saat bulan purnama.

Karena suasananya sangat sepi, beberapa saudaraku tidak berani tidur sendirian di rumahku.

Saat aku kerja di Surabaya, dua orang saudaraku pernah merasakan tidur di rumahku.

Aku mendengar beragam cerita setelah kembali ke rumah.

Katanya, sering mendengar suara-suara aneh.

Bahkan kedua saudaraku tidak bisa tidur nyenyak.

Sebilah pisau dan pemukul siap di tangan.

Sudah beberapa kali aku tidur sendiri di rumah.

Tapi tidak pernah ada apa-apa.

Aku pun bisa tidur nyenyak.

Dibandingkan hantu, aku paling takut dengan maling atau perampok.

Pikiranku sederhana, perampok bisa membacok, tapi hantu tidak bisa membacok.

Kalau memang ada maling atau perampok yang datang, mungkin sudah nasibku.

Tapi, buat apa perampok atau maling datang ke rumahku.

Toh tidak ada barang berharga yang bisa diambil.

Intinya, pikiran tenang menjadikan hidup penuh ketenangan.

Saat pikiran gundah, hidup pun tidak merasa tenang.

Comments