Posts

Showing posts from June, 2013

Beragam Wajah Tuhan

Ateisme lahir bersamaan teisme. Sebagai sebuah dikotomi, keduanya tidak bisa dipisahkan. Sebagaimana dikotomi antara hitam dan putih. Di mana ada teisme, pasti ada ateisme. Istilah ateisme berasal dari bahasan Yunani, yaitu atheos yang berarti tak bertuhan. Istilah  atheos tidak hanya disematkan pada orang yang tidak mempercayai Tuhan. Orang Yunani menyebut seseorang ‘ atheos ’ bila memiliki kepercayaan berbeda dengan kepercayaan yang lazim.

Melawan Dominasi Super Ego

Manusia memiliki naluri alamiah. Psikolog asal Wina, Jerman, Sigmund Freud (1856-1939), dorongan alamiah dinamakan Id. Naluri alamiah manusia berisi hasrat kesenangan. Naluri alamiah ini sudah terbentuk sejak manusia lahir. Freud mencontohkan naluri alami dengan kebutuhan makan atau minum. Naluri alamiah (id) akan terus berkembang sesuai perkembangan pribadi.

Fatamorgana Bernama Kesetiaan

Begitu pentingnya bagi keutuhan sampai segala sesuatu dituntut kesetiaan. Mulai dari nasionalisme sampai hubungan rumah tangga. Kesetiaan berarti tidak mau berpaling atau menduakan orang yang dicintainya. Kesetiaan dalam konteks nasionalisme berarti patuh pada negara dan bangsa. Sedangkan kesetiaan dalam rumah tangga berarti tidak menduakan pasangannya. Kesetiaan hanya mudah dikatakan. Semua pejabat menuntut rakyatnya untuk setia pada Indonesia.

Polisi (Bisa) Sama Dengan Penjahat

Aku masih di Bali saat  Pemilihan Gubernur Bali 2008 . Di antara calon gubernur paling menonjol adalah Made Mangku Pastika (terpilih, dan sekarang terpilih kembali dalam Pilgub 2013).

Antara Hedonisme dan Pragmatisme

Hedonisme sering dipandang negatif oleh manusia. Dalam bahasa filsafat, hedonisme adalah bagian dari muara tujuan hidup manusia. Orang akan merasa bahagia bila selalu mencari kesenangan, dan menghindari perasaan yang menyakitkan. Secara etimologis, tidak salah orang memandang hedonisme dengan pandangan negatif. Hedonisme biasa disematkan pada orang yang hanya mengejar kesenangan.

Semua Berpangkal dari Pikiran

Semua orang pasti ingin merasakan sehat. Tidak pernah ada yang mendambakan kedatangan sakit. Tapi sakit pasti akan datang. Sekuat apapun orang berusaha menghindar, sakit pasti akan datang. Sebagaimana kematian, sakit pasti datang.

Tentang Sebuah Nama

Aku teringat dengan ucapan ibuku beberapa tahun silam. “Kalau kamu punya anak laki-laki, namakan dia Muhammad,” kata ibuku. Aku tidak tahu apa maksud dari ucapannya. Bagi ibuku yang agamis, Nabi Muhammad adalah sosok superior, dan sempurna. Setidaknya itulah yang diketahui tentang nabi terakhir bagi umat Islam itu. Sebagai manusia, Muhammad pasti memiliki kesalahan. Itu alamiah.

Musik Itu Ada di Hati

Manusia tidak bisa dilepaskan dari musik. Setiap peradaban manusia berdiri diatas serpihan musik. Begitu pula agama tradisional pun tak bisa lepas dari musik. Bahkan kaum fundamentalis yang melarang aliran musik tertentu pun tidak bisa lepas dari musik. Musik sudah mendarah daging dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya musik, roda kehidupan tidak ada berwarna.

Berdiam Diri Sambil Merenung

Aku pernah ditugaskan di lereng Gunung Tumpang Pitu, Desa Pasanggaran, Kecamatan Pasanggaran, Kabupaten Banyuwangi pada akhir 2010.

Menikmati Kopi di Warung Kopi

Setiap hari aku selalu duduk di warung kopi di Dinoyo, Kota Malang. Biasanya aku tiba sekitar pukul 10.00 WIB. Kadang aku menjadi pengunjung pertama yang datang. Tidak jarang sudah ada penghuni lain yang datang lebih awal. Bagi sebagaian orang, menikmati kopi bisa dilakukan di rumah. Meluangkan waktu bersama anak dan istri sambil menikmati kopi terasa sangat nikmat. Apalagi seharian kita menghabiskan waktu di luar rumah. Dengan menikmati kopi di rumah, kita bisa membangun suasana keakraban bersama orang-orang yang dicintai.

Perdamaian di Sepak Bola

Viking tidak bisa bersatu dengan Aremania. Begitu pula Bonek yang tidak duduk di stadion yang sama dengan Aremania. Orang-orang Arifin Panigoro pun sulit bersanding dengan orang Bakrie. Liga Super Indonesia (LSI) pun tidak mau disandingkan dengan Liga Prima Indonesia (LPI). Inilah realitas sepak bola di Indonesia. Perang kepentingan mewarnai sepak bola akhir-akhir ini. Bahkan setelah Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI beberapa waktu lalu, benih-benih permusuhan masih ada.

Jalan Menuju Keabadian (Sementara)

Tidak ada yang abadi di dunia ini. Semua pasti akan musnah sesuai masanya. Manusia hanya bisa berusaha menjadikan abadi. Pergantian dimensi ruang dan waktu pasti akan melapukannya. Peradaban di berbagai belahan dunia sudah membuktikannya. Peradaban Mesir, peradaban Mesopotamia, peradaban Cina, dan yang paling besar adalah peradaban Atlantik. Hanya puing-puing peradaban, dan dilanjutkan cerita dari mulut ke mulut yang tersisa. Puing-puing ini pun akan hilang pada masanya.

Sepak Bola Sebagai Hukum

Aku teringat dengan ucapan tokoh eksistensialis-humanis, Jean Paul Sartre (1905-1980). Aku lupa judul buku, dan tahun terbitan buku yang aku baca kala itu. Yang aku ingat hanya ucapan Sartre bahwa ‘Dari sepak bola aku belajar hukum’.

Wartawan Konyol

Cerita ini aku dapatkan saat sedang berkumpul dengan beberapa anggota Polsek Tumpang, 23 Oktober 2012. Entah ini sebuah cerita sebenarnya atau hanya karangan seseorang yang ikut nimbrung dalam cangkrukan itu. Aku tidak tahu siapa nama orang yang bercerita itu.